"Prinsipnya yang mendapat beras atau BLT dapat diganti bila tidak sesuai atau yang tidak tepat sasaran. Saya tentu kecewa dengan adanya bupati menyebut menteri bodoh. Menteri semuanya kerja keras termasuk kita bupati wali kota, gubernur," terangnya.
Pada menit selanjutnya, Bupati Boltim Sehan Salim Landjar membalas pernyataan dari Thoriq. Sehan tidak terima dengan sindiran yang dilayangkan Thoriq, tentang aksi mencak-mencaknya atas kisruh bantuan sosial.
Ia meminta Thoriq tidak asal bicara jika tak mengerti persoalan yang terjadi di Boltim. Sehan menjelaskan bagaimana rumitnya warga untuk mendapatkan dana bantuan sosial sebesar Rp 600 ribu dari pemerintah.
Sehan mengatakan, warga diharuskan terlebih dahulu membuka rekening bank. Padahal jarak perkampungan dengan kantor bank cukup jauh. Warga harus mengeluarkan uang ratusan ribu hanya untuk pergi ke kota.
"Di situ kan di atas 12 persen miskinnya. Di Lumajang kan banyak peminta-minta, kalau kita kan tidak ada satu pun. Beda dong. Saya bicara regulasi. Yang kedua, dari Menteri Sosial itu rekrutnya gampang. Dalam surat edaran Menteri Sosial kita diberi kuota 4446. Kita rekrut gampang yang sulit itu untuk menerimakan dipersyaratkan harus membuka rekening," katanya.
"Lha di situ saya protes. Rakyat terima Rp 600 ribu tapi rakyat harus keluarkan uang Rp 250 ribu sampai Rp 450 ribu. Pergi pulang ke bank Rp 200 ribu, buka rekening bank Rp 150 ribu, kalau dapat lagi ambil duitnya," ujar Sehan.
Ia merasa tidak diperbolehkan memberikan bantuan beras kepada warganya dengan dana dari pemkab. Di sisi lain, warga tak kunjung menerima bantuan dari pemerintah pusat.