Salah seorang pedagang oleh-oleh di Desa Bendorejo, Trenggalek Sri Muawanah mengatakan pandemi virus Corona tahun ini berdampak besar terhadap penjualan oleh-oleh. Kondisi tersebut diperparah dengan adanya larangan mudik serta penutupan sektor pariwisata sehingga omzet para pedagang maupun usaha oleh-oleh turun tak terkendali.
Padahal pada momen lebaran sebelumnya, penjualan oleh-oleh khas Trenggalek seperti keripik tempe, alen-alen, hingga manco mengalami lonjakan yang signifikan. Bahkan saat puncaknya, dalam sehari ia mampu mendapatkan penghasilan kotor hingga Rp 20 juta.
"Untuk sekarang cari Rp 300 ribu saja sulit," kata Sri Muawanah, Selasa (5/5/2020).
Sri mengaku terakhir berbelanja stok jajanan Trenggalek sekitar dua bulan yang lalu atau sebelum masa pandemi Corona, bahkan saat ini stok tersebut masih tersedia cukup banyak.
"Tahun lalu, kalau puasa seperti ini saya belanja seminggu sekali. Jadi jauh sekali perbedaannya," ujarnya.
Sri membandingkan, tahun lalu dalam sepekan ia mampu menjual alen-alen hingga 1 kuintal, namun saat ini penjualan per hari rata-rata kurang dari 5 kilogram. Kondisi serupa juga terjadi pada omzet penjualan jajanan yang lain.
Keluhan serupa disampaikan pedagang lain Mukayan yang mengaku pada kondisi normal omzet penjualan oleh-oleh bisa mencapai Rp 5 juta/hari, namun saat ini anjlok di bawah Rp 500 ribu/hari.
"Biasanya kalau akhir pekan banyak wisatawan yang mampir, sekarang tidak ada, karena tempat wisata ditutup," ujarnya.
Mukayan berharap pandemi Corona segera berakhir, sehingga perekonomian masyarakat bisa kembali normal. (iwd/iwd)