Bagi warga yang belum terbiasa membaca Al-Qur'an ukuran jumbo ini harus bisa menyesuaikan diri. Namun, bagi yang sudah terbiasa, terasa lebih mudah karena ukuran huruf arabnya juga lebih besar dari biasanya.
"Secara umum memang sama saja, karena hurufnya juga sama seperti Al-Qur'an kecil, hanya saja ukurannya lebih besar. Itulah sensasinya, kita membacanya jadi lebih mantap meski awalnya harus menyesuaikan diri. Saya tadarus di sini sudah sejak dulu, sejak adanya Al-Qur'an raksasa ini ada sekitar tahun 2010," tambahnya.
Selain ukurannya yang besar, tanda akhir ayat pada setiap surat selalu berada di pojok halaman. Tanda ini diberikan untuk mempermudah jamaah yang membacanya. Dalam kesempatan kali ini, melalui sema'an Al-Qur'an para jemaah berharap agar pandemi virus Corona ini segera berakhir dan seluruh umat manusia diberi keselamatan.
![]() |
"Mudah-mudahan melalui sema'an ini kita semua diberi keselamatan dunia akhirat dan diberi kekuatan iman dan Islamnya," kata Ahmad Rifa'i, Koordinator Sema'an Al-Qur'an raksasa.
Al-Qur'an raksasa ini dibuat dengan ditulisan tangan oleh Abdul Karim warga Kecamatan Genteng, Banyuwangi pada tahun 2010 lalu. Untuk mengerjakan Alquran langka ini, penulis menghabiskan 32 dus spidol dan 40 dus tinta. Selain itu, kertas didatangkan khusus dari Jepang.
Istimewamya lagi, Al-Qur'an ini hanya dikeluarkan dan dibaca pada saat bulan suci Ramadhan, dan sa'banan tiba serta hari besar islam lainnya. Bahkan sebelum pandemi virus Corona mewabah, Al-Qur'an diklaim terbesar se-Asia yang tersimpan rapi di musium ini juga dijadikan wisata religi bagi wisatawan dari seluruh Indonesia.
(iwd/iwd)