Gejog, Ritual Usir Wabah dan Tolak Bala Ala Warga Desa Jetak Pacitan

Gejog, Ritual Usir Wabah dan Tolak Bala Ala Warga Desa Jetak Pacitan

Purwoto Sumodiharjo - detikNews
Minggu, 29 Mar 2020 17:36 WIB
Ritual Usir Wabah Ala Masyarakat Desa Jetak Pacitan
Ritual di Pacitan (Foto: Purwoto Sumodiharjo/detikcom)
Pacitan - Pascapandemi corona, Desa Jetak, Kecamatan Tulakan, Pacitan, mendadak jadi pusat perhatian. Itu karena tradisi unik yang kembali dilakukan warganya saat wabah corona melanda dunia.

Masyarakat setempat menyebutnya 'Gejog'. Sebuah ritual tolak bala yang diyakini dapat mengusir marabahaya yang datang.

"Zaman dahulu di desa kami apabila terjadi pagebluk (wabah) orang-orang tua dulu melaksanakan ritual ini," ucap Marjuni, Kepala Desa Jetak berbincang dengan detikcom, Minggu (29/3/2020).

Inti tradisi tersebut, lanjut Marjuni, adalah membunyikan kentongan secara serempak. Sesuai waktu yang disepakati, semua kepala keluarga yang memiliki alat komunikasi tradisional tersebut memukulnya berulang-ulang.

Waktu yang dipilih adalah sekitar 20 menit menjelang maghrib. Bersamaan bunyi aba-aba dari pemuka desa, bunyi-bunyian ritmis pun terdengar memenuhi seantero dusun. Lantunan musik perkusi itu baru berhenti saat azan maghrib berkumandang.

"Menjelang surup (petang) semua warga sini memukul kentongan. Kalau yang ndak punya kentongan yang dipukul ya benda lain. Pokoknya yang bisa mengeluarkan bunyi," imbuh kades.

Marjuni pun bernostalgia dengan masa kecilnya. Kala itu, wabah kolera menyerang sebagian besar warga desa. Dahsyatnya serangan penyakit perut itu membuat masyarakat dan pemerintah desa kewalahan menghadapinya.

"Akhirnya disepakati mengadakan tradisi Gejog itu," tuturnya.

Menurut Marjuni, munculnya tradisi tersebut tak lepas dari kepercayaan yang dianut sebagian masyarakat. Konon, serangan wabah berkait erat dengan peran makhluk halus. Waktu kedatangannya adalah saat petang menjelang maghrib.

Meski tak sepenuhnya dapat dibuktikan dengan logika, namun Marjuni memilih ikut melestarikan tradisi turun-temurun itu. Sebab, gerakan sederhana tersebut merupakan bentuk kearifan lokal.

Setidaknya, dengan penanda berupa bunyi-bunyian pesan kepada warga lebih mudah tersampaikan. Termasuk di antaranya peringatan kesiapsiagaan untuk mencegah penularan corona.

"Warga yang sebelumnya kurang tahu (corona) jadi tahu. Akhirnya hati-hati dan waspada semua," pungkasnya. (fat/fat)

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.