Demo ratusan petani bersama Mahasiswa PMII di depan Kantor Pemkab Jember berakhir ricuh. Enam mahasiswa dilarikan ke rumah sakit karena terjadi benturan fisik dengan aparat.
Demo itu memprotes relokasi saluran air yang dilakukan sebuah pabrik semen di Kecamatan Puger. Sebab akibat relokasi itu, banyak petani yang akhirnya kesulitan air.
Awalnya, demo berlangsung tertib. Suasana memanas ketika demonstran merasa aksi mereka tak direspons Bupati Faida. Akhirnya terjadi aksi saling dorong dengan petugas keamanan yang berujung bentrok fisik.
Informasi yang diperoleh detikcom, empat mahasiswa harus mendapatkan perawatan serius di UGD RS Jember Klinik. Sedangkan dua lainnya dirawat di UGD RS Kaliwates.
Enam mahasiswa yang saat ini mendapat perawatan serius yakni Alvian Zaenal Ansori, Faisol, Husein, Labib Faruk, Natali dan Yoyok. Mereka terluka di bagian kepala, tangan dan kaki.
"Kericuhan itu sekitar jam 2 siang tadi. Saya kena tendang, kena pukul di bagian wajah, tangan kanan dan kiri. Dan karena melindungi diri dari pukulan polisi, saya sampai terjatuh, dan jari tangan saya diinjak serta digerus gitu," kata salah seorang korban, Alvian Zaenal Ansori, Senin (9/3/2020).
Menurut Alvian, bentrok terjadi saat demonstran bermaksud memasang banner protes di gerbang pemkab. Namun upaya itu dilarang petugas.
Tonton juga Demo Mahasiswa Usai, Pintu Gerbang DPR Jadi Sasaran Foto :
"Saat itu kami setelah melakukan aksi teatrikal. Kemudian bermaksud untuk memasang banner protes di gerbang pemkab. Tapi dilarang oleh polisi dan petugas Satpol PP," jelasnya.
Karena larangan itu, massa mulai panas. Hingga terjadilah aksi saling dorong.
"Kami didorong mundur dan menahan. Kebetulan saya ada di bagian paling depan, dan mendengar ada oknum polisi di depan saya, dikode rekannya di belakang, bilangnya awakmu nang ngarep, aku nyurung teko mburi (kamu di depan, aku dorong dari belakang)," ujarnya.
Dalam aksi dorong itu, massa kalah. Saat terbuka pasukan keamanan, masuklah puluhan polisi dengan seragam lengkap anti-huru hara langsung memukuli mahasiswa.
"Akhirnya saya jadi korban ini, dan juga rekan saya yang lain, tidak tahu siapa saja," imbuhnya.
Mahasiswi Nabila Nilna Ghina membenarkan enam rekannya menjadi korban pemukulan oknum polisi. "Ada empat di sini (RS Jember Klinik) atas nama Alvian Zaenal Ansori, Faisol, Husein, Labib Faruk. Dan dua lainnya Natali dan Yoyok ada di RS Kaliwates," paparnya.
Saat ini, para mahasiswa yang terluka sedang mendapat perawatan serius dari perawat rumah sakit, dan didampingi rekan mahasiswa lainnya.
Sementara Kapolres Jember AKBP Aris Supriyono saat dikonfirmasi mengaku sudah menjenguk mahasiswa yang dirawat di rumah sakit. Dia juga menyayangkan peristiwa tersebut.
"Kita juga prihatin dengan peristiwa ini," katanya.
Dia berharap, masing-masing pihak bisa menjaga diri. Sehingga peristiwa serupa tidak terulang.
"Semoga ke depan kita sama-sama bisa menahan diri," terangnya.
Kapolres juga berjanji akan menjembatani aspirasi petani dan mahasiswa ke Pemkab Jember. Agar kondisi Jember tetap kondusif.
"Mari bersama kita jaga kondusivitas Jember yang kita cintai ini," pungkasnya.