Tiga pria warga Mojokerto nekat berjalan kaki menuju Istana Negara di Jakarta. Mereka ingin bertemu Presiden Jokowi untuk meminta penutupan tambang pasir dan batu (sirtu) di kampung mereka.
Mereka yakni Ahmad Yani (45), Sugiantoro (31) dan Heru Prasetyo (26). Mereka tinggal di Desa Lebakjabung, Kecamatan Jatirejo. Mereka berjalan kaki hanya berbekal tas rangsel berisi pakaian, bekal dan dokumen, serta sebuah Bendera Merah Putih.
"Tujuan kami ke Istana Negara mau menemui Presiden Jokowi. Karena di daerah kami ada galian C. Aturan di Pemerintah Daerah tumpang tindih. Kami tidak menginginkan ada galian tersebut," kata Yani kepada wartawan, Kamis (30/1/2020).
Baca juga: Di Balik Sejahteranya Daerah Pemekaran |
Ia menjelaskan, terdapat 2 perusahaan tambang sirtu yang beroperasi di Desa Lebakjabung. Itu belum termasuk warga sekitar yang menambang secara manual.
Menurut dia, aktivitas pertambangan itu berada di hulu sungai dan juga kawasan hutan lindung. Jika dibiarkan, pihaknya khawatir akan terjadi tanah longsor dan banjir bandang. Belum lagi rusaknya mata air yang menjadi tumpuan warga sekitar.
Simak Video "Absen di Perayaan Imlek Nasional, Ahok Disentil Jokowi"
"Kami khawatir sudah masuk hutan lindung. Maka kami berjuang menjaga sumber air kami. Itu kebutuhan kita semua," terangnya.
Yani menjelaskan, saat ini warga Desa Lebakjabung terpecah menjadi dua kubu. Yaitu warga protambang sirtu dan warga yang kontra.
"Dengan adanya tambang, kami diadu domba. Setiap hari ada gesekan antarwarga yang pro dan kontra," ungkapnya.
Warga yang menolak tambang sirtu, kata Yani, telah mengadu ke kantor Gubernur Jatim di Surabaya pada 20 Januari lalu. Hanya saja, pemerintah membiarkan 2 perusahaan tambang tetap beroperasi karena mempunyai izin.
"Sampai saat ini masih berbelit, katanya masih ada izinnya. Izin tersebut menurut kami cacat hukum," tegasnya.
Oleh sebab itu, Yani dan dua temannya ingin meminta bantuan langsung ke Presiden Jokowi. Dia mewakili warga Desa Lebakjabung yang menolak tambang sirtu di kampung mereka.
"Ke Presiden kami akan minta penutupan tambang di desa Lebakjabung. Kami juga minta bantuan konseptor untuk pembangunan desa wisata di tempat kami," lanjutnya.
Yani dan dua temannya berangkat dari rumah mereka sejak 28 Januari 2020. Mereka menargetkan akan sampai di istana negara di Jakarta pada 4 Februari nanti. Dengan begitu, perjalanan panjang ke ibu kota tidak sepenuhnya mereka tempuh dengan berjalan kaki.
Sebagai bekal perjalanan, Yani dan kawan-kawan mendapatkan donasi dari warga Desa Lebakjabung Rp 600 ribu. Mereka juga membawa berbagai dokumen yang akan disampaikan ke Presiden Jokowi.
"Donasi dari masyarakat sekitar untuk makan kami," pungkasnya.