Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Pemkab Blitar mengaku telah menerima laporan warga terkait postingan di medsos itu.
"Laporan sudah masuk. Saat ini kami koordinasi dengan dinas terkait untuk TL-nya. Perlu identifikasi tambahan untuk memastikan sumber pencemaran. Dinas terkait meliputi dinas peternakan, Satpol PP, PUPR, BPBD, Kecamatan Wlingi," jawab Kepala DLH Pemkab Blitar, Krisna Triatmanto dikonfirmasi detikcom, Selasa (14/1/2020).
Menanggapi hal ini, aktivis lingkungan Blitar Farhan Mahfuzhi meminta pihak perusahaan mengubah orientasi formalitas amdal menjadi aksi nyata.
"Saya kira Greenfield harus mengubah orientasinya. Bukan hanya soal dokumen amdal, tapi ya memang kondisi geografis peternakan mereka itu kondisinya strategis, dan rentan bencana. Kalau hanya dokumen amdal tapi tidak dikerjakan di lapangan kan percuma juga," kata Farhan kepada detikcom.
Menurut Farhan, persoalan serius di lingkungan terdampak sudah berjalan sekitar 3 tahun. Namun sampai saat ini, baik pihak perusahaan ataupun Pemkab Blitar tampak tidak serius penanganannya.
"Saya prinsipnya sangat menyayangkan, tugas kita memberikan pandangan alternatif kemungkinan dari dampak buruk pembangunan. Tapi selalu direspon seolah-olah cari-cari masalah. Sekarang masalah ada di depan mata," imbuhnya.
Farhan menilai, pelibatan masyarakat penting, memperhatikan daya dukung lingkungan penting. Jika lingkungan rusak bukan masyarakat di bawah saja yang kena imbas.
"Suatu saat, mereka sendiri juga akan merasakan akibatnya," tandasnya.
Sementara Manager Goverment Environment Savety PT Greenfield, Sunarko menjelaskan, solusi telah mereka sampaikan saat dipanggil Komisi III DPRD Kabupaten Blitar.
"Dalam waktu dekat line aplikasi akan ditambah di jalur Kawisari. Mungkin kalau itu dimaksimalkan, maka over capacity musim hujan akan terkurangi," kata Sunarko dikonfirmasi detikcom.
Menurut Sunarko, di areal peternakan sapi itu ada lagoon atau penampungan limbah yang berisi pupuk organik. Pupuk ini sangat baik dimanfaatkan untuk tanaman pertanian. Yang lokasi terdekat langsung disalurkan di lahan sengon. Ada juga yang mengambil pakai tangki.
"Kami akan maksimalkan line Kawisari supaya beban di lagoon tidak terlalu berat. Saat ini kami punya jumlah total sapi perah 7.000 ekor. Yang bisa diperah 3.500 ekor. Limbah sehari 1.000 liter sistem flushing digelontor pakai air. Karena memang beda pembersihan limbah sapi perah dengan sapi pedaging," pungkasnya.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini