Sejak pukul 07.00 WIB ratusan warga tampak berkumpul. Bukan di lapangan. Melainkan di dam atau bendungan di Desa Sukoharjo. Kecamatan Pacitan. Bangunan penampung air itu tak menyisakan genangan sedikitpun. Yang ada hanya rekahan tanah di antara bongkahan batu.
Beralaskan tikar seadanya mereka duduk bersimpuh. Jemaah pria berada di barisan depan. Sedangkan jemaah wanita berada pada shaf belakang. Keduanya terpisah hamparan pasir. Tak hanya orang dewasa, anak-anak pun ikut melaksanakan salat.
Salat 2 rakaat tersebut berlangsung khidmat. Bertindak sebagai imam Alfian Jauhari, tokoh masyarakat setempat. Sedangkan khatib adalah Syarif Hussein, pimpinan Ponpes Al Anwar, Ploso.
"Mari kita memohon ampun kepada Allah atas segala dosa dan kesalahan," ucapnya di depan jemaah disusul bacaan istighfar berkali-kali. Beberapa kali suara terdengar parau. Lalu tangan sang ustadz menyeka air mata.
Ditemui detikcom usai salat, Hussein mengatakan dampak kemarau panjang sangat terasa. Sumur-sumur di permukiman bahkan sudah lama mengering. Kalaupun masih ada sumber, habis disedot dalam tempo 2 menit. Padahal kebutuhan air warga sangat bergantung air tanah tersebut.
"Benar-benar kita mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan kemarau yang panjang sekali sehingga kita mengharapkan hujan ini mendatangkan rahmat, bukan bencana," tandasnya.
Usai salat berjemaah, warga lalu saling bersalaman. Di antara jabat tangan terdengar lantunan pujian. Isinya berupa doa agar Sang Khalik segera menurunkan hujan dari langit. Ritual berakhir dengan mencicipi sedekah yang dibawa dari rumah masing-masing.
Simak juga video "Ratusan Warga Pacitan Gelar Salat Istisqa di Bendungan Kering" :
(iwd/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini