"Harapan saya, karena itu adalah merantau ya, bekerja. Kalau memang sudah kondusif dan aman, TNI Polri menjamin keamanan ya lebih baik nggak pulang. Pemerintah kan juga berharap kalau bisa jangan pulang. Kan katanya juga mau dikasih modal lagi untuk usaha," kata Camat Nguling, Bunardi, Rabu (2/10/2019).
Menurut Bunardi, jika para perantau asal Nguling kembali belum tentu mendapat pekerjaan di Pasuruan. Sementara untuk merantau ke Papua, mereka sudah mengeluarkan modal yang tak sedikit.
"Menurut saya, kalau itu bisa dijamin keamanannya, dan sekarang warga kami juga sudah dibawa dari Wamena ke Jayapura. Toh kalau pulang pun belum tentu dapat pekerjaan di sini. Terus kalau ingin kembali ke sana toh dia juga butuh modal lagi. Pesan saya lebih baik di sana. Tapi kalau memang harus pulang ya silakan," terang Bunardi.
Menurut catatan pihak kecamatan total warga Nguling yang bekerja di Wamena sebanyak 187 orang. Mereka berasal dari 7 desa. Yakni Desa Kedawang, Desa Mlaten, Desa Sudimulyo, Desa Randuati, Desa Sumberanyar, Desa Watuprapat dan Desa Penunggul.
"Paling banyak di Desa Kedawang, ada 155 orang, termasuk dua yang meninggal dan dua yang sudah pulang. Informasinya, hari ini ada lagi beberapa warga kami yang pulang," pungkas Bunardi.
Ratusan warga Nguling tersebut sudah berada di Wamena antara 5-15 tahun. Sebagian besar bekerja sebagai tukang ojek. Sebagian kecil membuka toko.
Seperti diberitakan, dua warga Dusun Wates, Desa Kedawang, Kecamatan Nguling, Kabupaten Pasuruan tewas dalam kerusuhan di Wamena, Papua, Senin (23/9). Keduanya sudah dimakamkan di kampung halaman.
Simak Video "Pijar Lilin Hiasi Monas, Warga Gelar Aksi Solidaritas untuk Wamena"
Halaman 2 dari 2