Sebab, jalan ini merupakan jalan satu-satunya penghubung Ponorogo-Pacitan. Tak jarang dilewati kendaraan besar seperti bus dan truk pengangkut logistik. Jika jalan ini ditutup, pengendara diminta memutar melewati Wonogiri yang lebih jauh sekitar 2 jam.
"Lalu lalang kendaraan berat juga bisa berpengaruh terhadap pergerakan tanah sendiri," tutur Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Ponorogo Setyo Budiono kepada detikcom, Jumat (5/4/2019).
Budi, sapaannya, menambahkan saat ini di lokasi tersebut telah terjadi penurunan hampir 40 cm dengan panjang 150 meter. Ditambah salah satu sisi jalan terdapat jurang yang curam membuat pengendara yang melintas harus ekstra hati-hati dan waspada.
"Tatkala hujan deras bisa berbahaya karena ada penambahan luasan retakan," jelasnya.
Meski saat ini sudah ada petugas dari Dinas PU Provinsi Jatim yang melakukan perbaikan. Menurutnya, ini bakal membutuhkan waktu yang cukup lama hingga jalan ini kembali aman. Sebab, lokasinya membahayakan jika tidak disertai penghitungan tepat pergerseran tanah bakal terjadi kembali.
"Kami sudah koordinasi dengan PVMBG Solo serta Dinas PU dan BPBD Jatim untuk ini, nanti Dinas PU Jatim yang memiliki kewenangan memperbaiki," tandas dia.
Budi menjelaskan kontur tanah yang ada di wilayah Kecamatan Slahung seperti di Desa Tugurejo, Desa Wates serta Desa Gemaharjo memang tanah gerak. Sehingga tak jarang jalan provinsi disini sering ambles ketika musim penghujan tiba.
"Pengendara dari Ponorogo yang ingin ke Pacitan supaya lebih aman dan nyaman disarankan lewat Wonogiri," pungkas dia. (iwd/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini