Data BPBD Jatim menyebut dari 38 kota dan kabupaten, ada 29 kota dan kabupaten rentan bencana alam. Dan ada 22 kota dan kabupaten rawan banjir. Karena di Jawa Timur, ada 7 aliran sungai yang besar.
Sementara itu, kota dan kabupaten yang rawan longsor ada 13 kabupaten. Saat musin kemarau ada 23 kabupaten, 121 kecamatan dan 420 desa yang mengalami kekeringan.
"Jawa Timur ini rawan bencana, karena Jawa Timur Itu posisinya berdekatan dengan jalur pertemuan lempeng tektonik yaitu lempeng Indo-Australia," kata kata BPBD Jatim Suban Wahyudiono kepada detikcom di kantornya, Jumat (11/1/2019).
Suban mengatakan, Jawa Timur juga memiliki tujuh gunung yang aktif. Seperti Gunung Semeru, Bromo, Ijen, Kelud, Raung, Arjuno dan Baluran. Selain itu, Jawa Timur juga merupakan daerah kepulauan yang memiliki kawasan pesisir. Dengan panjang garis pantainya 3.498 KM.
"Jawa Timur itu daerah rawan bencana seperti, tsunami, longsor, puting beliung dan sebagainya," tambahnya.
Dia menjelaskan sesuai kajian risiko bencana yang dilaksanakan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tahun 2016-2020, bahwa ada 12 ancaman bencana. 11 Bencana alam dan satu bencana kegagalan teknologi, seperti bocor pipa gas di pemukiman penduduk.
Selain itu di Jawa Timur itu dialiri tujuh sungai yang menyebabkan banjir. Di antaranya Sungai Bengawan Solo.
"Ini bisa menyebabkan banjir, 10 kabupaten, 47 kecamatan dan 139 desa. Sungai Brantas, bisa merendam 9 kabupaten, 31 kecamatan dan 90 desa," tegasnya.
Selain itu Sungai Welang Rejoso bisa menyebabkan banjir di daerah Pasuruan dan Probolinggo. Sungai Bajul Mati menyebabkan banjir melanda Banyuwangi. Sungai Pakelan bisa menggenangi wilayah Bondowoso dan Situbondo serta Sungai Madura bisa membanjiri wilayah, Sampang, Bangkalan dan Pamekasan. Serta Sungai Bondoyudo bila meluap menggenangi wilayah Lumajang dan Jember.
Sementara itu ada 8 kabupaten di 156 desa rawan tsunami. Di antaranya, Banyuwangi 46 desa, Jember 11 desa, Lumajan 15 desa, Malang 19 desa, Blitar 13 desa, Tulungagung 9 desa, Trenggalek 13 desa, dan Pacitan 24 desa. Sementara yang tergolong ancaman sedang ada di Situbondo 1 desa, Sampang 1 desa dan Pamekasan 2 desa.
"Dengan adanya rawan bencana tersebut BPBD Jatim terus melakukan upaya-upaya memberikan sosialisasi ke desa-desa dan membentuk destana (Desa Tangguh Bencana)," ujarnya.
Selain itu, jelas dia, pemerintah provinsi Jawa Timur juga memasang early warning system di beberapa daerah. Sistem itu untuk memberi peringatan dini akan terjadinya suatu bencana. Dan melakukan pelatihan kepada masyarakat untuk meningkatkan kapasitas sadar bencana, sehingga bisa melakukan langkah antisipasi.
"Suatu contoh saat ada peringatan akan ada tsunami, masyarakat diberikan sosialisasi dengan rumus "20". 20 detik terjadi gempa, dalam waktu 20 menit masyarakat dianjurkan untuk meninggal daerah panti, dan mencari tempat dengan ketinggian 20 meter, karena gelombang tsunami hanya ketinggian 15 meter," tandasnya. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini