Siswi itu adalah Mas Hanum Dwi Aprilia, siswi kelas XI SMAN 1 Gondang, Mojokerto. Bagaimana ceritanya hingga Hanum mendadak lumpuh?
Pengasuh Pondok Pesantren Al Ghoits M Rofiq Afandi mengatakan Hanum baru benar-benar lumpuh pada Rabu (18/7) pagi. Usai salat subuh Hanum tak bisa jalan maupun duduk. Selain bersekolah formal, Hanum juga mondok di Ponpes Al Ghoits.
"Dia (Hanum) mengeluh sakit mulai kaki sampai punggungnya. Saat itu saya belum tahu penyebabnya, saya bawa ke pengobatan alternatif Sangkal Putung," kata pria yang akrab disapa Gus Rofiq ini kepada wartawan di rumahnya, Dusun Ketegan, Desa/Kecamatan Gondang, Kamis (19/7/2018).
Saat dibawa ke pengobatan saraf alternatif, lanjut Gus Rofiq, kondisi Hanum sudah cukup parah. Selain tak bisa jalan dan duduk, kedua kaki siswi kelas XI IPS 2 SMAN 1 Gondang ini tak bisa ditekuk.
Kondisi ini memaksa dirinya melakukan klarifikasi ke sekolah. Pasalnya, selama 6 bulan mondok di pesantren yang dia pimpin, santri asal Krian, Sidoarjo ini tak pernah mengeluh sakit apapun.
"Saya klarifikasi, ternyata hanya karena telat datang kegiatan ekstra kurikuler (Ekskul) dia dihukum squat jump," ungkapnya.
Hukuman itu diberikan ke Hanum karena telat datang di kegiatan Ekskul Unit Kegiatan Kerohanian Islam (UKKI) pada Jumat (13/7) pagi. Saat itu seorang teman korban juga telat. Yang mengejutkan, hukuman squat jump itu diberikan ke korban hingga puluhan kali.
"Hukuman itu kesepakatan awalnya baca surat (Alquran) pendek. Sama kakak kelasnya diminta squat jump 60 kali. Karena temannya tak mau menjalani, dilimpahkan ke Hanum, belum sampai 100 kali dia sudah tak kuat," terangnya.
Pascakegiatan ekskul, Hanum harus diantar pulang ke pondok oleh teman-temannya. Saat itu Hanum mengeluh sakit di kedua kakinya.
Esok harinya, Hanum pulang ke rumahnya untuk berobat. Baru Minggu (15/7) sore Hanum kembali ke pondok Al Ghoits. Saat itu dia masih bisa berjalan meski pincang. Untuk ke kamar mandi dia harus dibopong teman sesama santri.
Sehingga sejak hari pertama masuk sekolah setelah libur panjang, Senin (16/7), dia tak mampu berangkat ke sekolah. Puncaknya pada Rabu (18/7), Hanum benar-benar lumpuh.
"Saat saya antar ke Sangkal Putung itu kedua kakinya tak bisa ditekuk, dia mengeluh sakit di kaki hingga punggungnya," jelas Gus Rofiq.
Kepala SMAN 1 Gondang Nurul Wakhidah mengatakan hukuman itu memang diterima Hanum saat mengikuti Unit Kegiatan Kerohanian Islam (UKKI) di sekolahnya, Jumat (13/7) pagi. Gara-garanya, siswi kelas XI IPS 2 ini terlambat datang di ekstra kurikuler (ekskul) tersebut. Saat itu UKKI mengadakan pelatihan untuk promosi ekskul ke siswa baru.
"Informasi dari anak-anak, waktu itu ada kesepakatan di antara teman-temannya, kalau terlambat datang ada hukuman. Seniornya anak-anak kelas XII menyampaikan hukumannya hafalan surat pendek (Alquran), tapi anggotanya tak mau, minta squat jump. Sudah diingatkan seniornya jangan hukuman itu karena keras. Kesepakatan kelompok tersebut hukumannya tetap squat jump," kata Nurul.
Saat itu, lanjut Nurul, ada siswa lainnya yang juga terlambat datang. Hanum dan temannya itu masing-masing harus menjalani 60 kali squat jump.
Sayangnya, teman Hanum hanya mampu melakukan squat jump sebanyak 30 kali. Sisa hukuman ini justru dibebankan ke Hanum. Selesai melakukan 60 kali squat jump, pelajar asal Krian, Sidoarjo ini harus melakukan lagi sebanyak 30 kali.
"Sehingga 90 kali squat jump dijalani Hanum sampai selesai. Saat itu dia masih sempat melanjutkan kegiatan, tak langsung jatuh sakit (lumpuh), hanya kakinya katanya sakit semua," ujarnya.
Nurul menjelaskan, saat kegiatan UKKI berlangsung, tak ada satu pun guru yang mendampingi. Menurut dia, para siswa anggota UKKI menggelar kegiatan tanpa izin pembina ekskul, Pembina OSIS maupun Wakasek Kesiswaan.
"Saat kegiatan itu, sekolah masih libur. Sehingga kami semua tak tahu kalau anak-anak membuat kegiatan itu," terang Nurul.
Hanum akhirnya dibawa ke RSUD Prof Dr Soekandar, Mojosari, Mojokerto. Kabid Pelayanan Medis RSUD Prof Dr Soekandar, Mojosari, Mojokerto Mas'ulah mengatakan Hanum ditangani oleh dokter spesialis saraf dan dokter rehab medis. Menurut dia, hasil pemeriksaan radiologi tak ditemukan adanya kelainan pada kaki maupun punggung korban.
"Kalau hasil rontgen tidak ada trauma, tapi tetap diobservasi dan evaluasi terus," kata Mas'ulah.
Kasi Pelayanan Medis RSUD Prof Dr Soekandar dr Rini Setyowati menjelaskan, saat dirujuk ke IGD pada Jumat (20/7) pagi, Hanum mengalami penurunan fungsi motorik. Namun, reflek fisiologis Hanum masih ada meski lemah.
"Kondisinya saat itu tidak bisa jalan. Namun, saat itu masih ada harapan sembuh karena reflek fisiologisnya masih ada meski lemah," ujar Rini.
Penurunan fungsi motorik tersebut, lanjut Rini, memang bisa disebabkan aktivitas berulang kali. Salah satunya hukuman squat jump yang saat itu dijalani Hanum hingga 90 kali.
"Penurunan motorik otot dan saraf karena aktivitas yang berulang kali bisa menjadi penyebabnya. Disinyalir mengalami kelelahan otot," terang Rini.
Hanum sempat menjalani perawatan selama 6 hari di RSUD Prof Dr Soekandar karena kondisinya. Dokter pun menyatakan korban kini sudah bisa berjalan dengan normal.
Mas'ulah mengatakan kondisi Hanum sudah membaik sejak hari Senin (23/7) lalu. Saat itu pelajar asal Sidoarjo ini sudah bisa berjalan normal. Pun tak ada keluhan sakit di kaki dan punggungnya.
Namun dokter spesialis saraf memilih menambah 2 hari masa perawatan korban untuk keperluan observasi dan evaluasi. Selain itu, Hanum juga menjalani latihan pemulihan oleh dokter rehabilitasi medis.
"Kalau sudah boleh pulang, jadi sudah sehat," kata Mas'ulah.
Kendati begitu, Hanum tetap harus menjalani rawat jalan. Ia wajib kontrol setiap minggu ke RSUD Prof Dr Soekandar.
"Biasanya kontrol atau rawat jalan seminggu sekali, nanti ke poli saraf," terang Mas'ulah. (iwd/fat)