Dalam tradisi yang kerap dilaksanakan di daerah pesisir ini, para santri dan warga berdoa dan melantunkan salawat Burdah bersama dalam pawai obor keliling desa.
Pengasuh Ponpes Nurul Islam, Kiai Mochlas mengatakan, tradisi ini dapat mengingatkan masyarakat kembali akan kekuasaan Allah, terutama setelah tertimpa berbagai musibah.
"Ini bagian dari mengingat Yang Maha Kuasa, apalagi kemarin bangsa Indonesia diterpa beragam musibah mulai gempa, tsunami hingga pesawat jatuh. Semoga ke depan, tidak ada lagi musibah serupa," tutur Kiai Mochlas kepada detikcom, Selasa (6/11/2018).
Kiai Mochlas juga menjelaskan dalam sejarahnya, Rabu Bongkasan atau tradisi Rabu Wekasan diyakini sebagai waktu turunnya berbagai jenis azab. Untuk itu, masyarakat diminta agar berdoa meminta keselamatan dan terhindar dari bala di hari tersebut.
Usai pawai obor, para santri dan warga tampak akrab dalam acara makan bersama serta meminum air suci yang telah didoakan. Air suci ini diambil dari 7 mata air yang ada di desa setempat.
Salah seorang santriwati, Yuli mengaku bersyukur bisa ambil bagian dalam tradisi Rabo Bungkasan ini.
"Semoga ke depan diberikan kehidupan lebih baik, dimudahkan segala masalah dan jauh dari bala, musibah," harapnya. (lll/lll)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini