Seperti yang terjadi sejak pertengahan bulan Juni lalu. Peternak ikan gurami mengaku, hasil panenan mereka turun hingga 50 persen. Jika biasanya, kolam pembesaran ukuran 10x30 meter berisi 25 ekor, bisa panen hingga 3 ton. Namun kali ini, hasil panen hanya 1,5 ton.
"Belum lagi yang dari proses telur ke pembibitan. Kalau musim seperti ini dibilang berhasil itu, prosentasenya hanya 60 persen," kata seorang peternak Imam Nawawi kepada detikcom, Kamis (26/7/2018).
Menurut Imam, cuaca dingin membuat nafsu makan ikan berkurang. Akibatnya, pertumbuhannya lambat dan rentan terserang penyakit. Seperti jamur pada bibit ikan, cacar dan mrupus.
"Vaksin sebenarnya sudah ada dari disnakkan. Tapi kurang efektif diterapkan di kolam besar," keluhnya.
Baca juga: Sudah Mencoba Sate Gurami Albino? |
Bagi peternak ikan yang sudah berpengalaman, musim dingin memang dihindari untuk menebar bibit ikan. Namun karena permintaan konsumsi bagi restoran masih mengalir, terpaksa mereka mengaku gambling dengan kondisi alam.
"Kalau dingin seperti sekarang, dari telur ke bibit itu bisa berhasil 60 persen saja sudah bagus. Terus dari bibit ke pembesaran dapat panen 40 sampai 50 persen itu sudah Alhamdulillah," jelas owner kampung gurami ini.
Akibat turunnya kapasitas panen, harga ikan gurami pun otomatis merangkak naik. Saat ini, dari peternak ikan gurami harga berkisar Rp 40 ribu per kg. Padahal sebelumnya harganya hanya Rp 23 ribu per kg.
"Harga naik ini permintaan restoran juga turun. Tidak tahu kenapa," tandasnya.
Selama ini, Imam memang melayani permintaan ikan gurami di beberapa restoran besar di Jawa Timur. Seperti Surabaya, Sidoarjo, Gresik dan Madura.
Tonton juga 'Yuk! Cobain Wisata Kuliner ke Kampung Gurami':
(fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini