Agus merupakan korban bom Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) di Jalan Arjuno. Agus meninggal setelah dirawat selama 18 hari dan menghembuskan nafas terakhir, Jumat (1/6/2018) pukul 13.45 WIB.
Dari pantauan detikcom, tampak kedua orang tua Agus sedang menunggu proses menututup peti yang direncanakan pada pukul 15.00 WIB.
"Anak saya meninggal pada pukul 13.45 WIB setelah dirawat dirumah sakit RKZ, selama puluhan hari," kata Tee Gwen Hwie kepada detikcom, Sabtu (2/6/2018).
Tee Gwen Hwie mengaku jika anaknya mengalami luka bakar sekitar 90 persen saat kejadian bom pada tanggal 13 Mei 2018. "Luka bakar 90 persen. Namun kondisi sempat membaik. Kata dokter mengalami infeksi. Tiba-tiba kemarin meninggal karena sesak nafas," kata Tee Gwen Hwie.
Selama dalam perawatan di Rs RKZ, Agus lebih banyak ditemeni oleh ibunya. "Ibunya yang selalu mendampingi dirumah sakit selema dalam masa perawatan," ujar Tee Gwen Hwei.
Sementara Tyan Siek In terlihat tegar dan menemui beberapa kerabat yang datang. Selain itu ia juga terlihat sibuk membantu persiapan tutup peti jenazah putra pertamanya itu. Ayahnya mengaku Agus dikenal dekat dengan ibunya. Agus adalah sosok yang pendiam dan sabar.
"Anaknya supel dan sabar. Kesehariannya bekerja membantu ibunya yang membuka toko pigora di kawasan Tempel," kata Tee Gwen Hwie.
Hingga kini, pihak keluarga juga tidak bisa mengira kejadian teror bom itu bisa terjadi menimpa Agus Trisno Wiyogo (28) dan Tee Su Tjien (64).
"Tidak ada firasat apapun. Seperti mereka pamitan mau ke gereja untuk ibadah," tandasnya.
Agus Trisno Wiyogo akan mengikuti misa kedua, Minggu (13/5) pagi sekitar pukul 08.15 WIB. Saat itu gereja tersebut diserang bom mobil yang diledakkan Dita Oeprianto. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini