"Saya lihat-lihat dulu lah, karena nggak mudah 'menularkan ilmu semburan mautnya'," kata Djoni Liem saat bincang-bincang dengan detikcom di rumahnya Jalan Kembang Kuning, Surabaya, Senin (27/11/2017).
Ia menerangkan, permintaan menularkan atau melatih tentara tentang 'senjata mautnya' semburan jarum beracun, datang dari atasannya. Baik atasan saat jadi prajurit KKO maupun komandan marinir dalam beberapa tahun terakhir ini.
Baca Juga: Ini Serma KKO (Purn) Djoni Liem, Sang Penyembur Jarum Beracun
Namun Djoni selalu menjawab, belum siap memberikan pelatihan semburan maut. "Sudah sering saya disuruh orang-orang. Tolong itu ditularkan. Kalau nggak, lama-lama bisa hilang, punah," ujarnya.
![]() |
Pria kelahiran Bandung 3 April 1934 silam ini mengaku tidak mudah memiliki keahlian semburan maut itu.
"Tidak mudah memilikinya. Berat latihannya dan saya khawatir bisa disalahgunakan. Nanti saya berdosa karena ikut bertanggungjawab," tuturnya.
Ia menambahkan, banyak persyaratan yang harus dimiliki bagi yang ingin mempelajari 'semburan maut'. Selain kondisi fisik, mental, riwayat hidupnya, juga psikologinya.
![]() |
"Nggak mudah untuk berlatih. Saat dulu saya berlatih di teman kakek saya, ada yang tidak kuat sampai muntah darah, keluar darah dari telinga," katanya.
Dalam hati Djoni Liem, ada keinginan untuk menularkan ilmunya itu. Tapi, bayang-bayang beratnya latihan dan tanggung jawab yang diembannya cukup besar, yang masih terus dipikirkan. Bahkan, sampai sekarang pun juga tidak menularkan ilmunya ke anak kandungnya.
"Ya nanti tinggal menunggu waktu saja. Kan dilihat timingnya nanti kapan bisa ditularkan," jelas bapak 5 anak dan 6 cucu.
(roi/fat)