Pengguna jalan yang melintas di jalur Malang-Batu itu tentu akan terheran-heran melihat reklame yang sudah lama dipasang itu.
Dari pantauan detiksurabaya.com, masjid terlihat megah dengan putih menjadi pilihan cat dindingnya. Halaman luas cukup menampung jamaah di luar.
Papan reklame penjualan masjid itu dipasang di luar pagar, ukurannya bervariasi dengan isi tulisan yang sama.
Satu baliho besar terlihat menyertakan nomor telepon panitia. Di sudut bawah kalimat pertegas ditulis dalam penjualan ini tanpa melibatkan perantara atau makelar.
"Ini yang masang panitia pembangunan, itu nomornya kalau mau menghubungi," ujar Mukhlis Sugianto penjual cat saat berbincang dengan detiksurabaya.com, Rabu (11/7/2012).
Muklis setiap harinya berjualan cat kiloan di depan masjid diberi nama Darus Sholihin ini sangat mengetahui perjalanan pembangunan masjid tersebut.
Sebagai warga setempat dan jamaah dirinya hanya bisa mendukung usaha panitia atau takmir. "Katanya untuk galang dana," ucapnya.
Panitia pembangunan masjid mengakui pemasangan papan penjualan masjid untuk menarik simpatik donatur. Sebab, selama satu tahun menggalang infaq atau shodaqoh tak memperoleh hasil memuaskan.
Parno Muttaqin mengkisahkan pada awal pembangunan masjid dimulai 2 tahun lalu itu panitia mengupayakan penggalangan dana melalui infaq dan sodagoh dari jamaah maupun masyarakat luar.
"Tapi selama satu tahun hanya sedikit responnya," terang koordinator penggali dana ini.
Tepat di tahun kedua, lanjut dia, muncul ide memasang papan reklame penjualan masjid. Berawal dari niat panitia menjual tanah berada di kompleks masjid seluas 1000 meter persegi yang hasilnya digunakan untuk dana pembangunan.
Waktu panitia memasang harga satu meternya Rp 350 ribu. Dalam waktu cepat masyarakat langsung merespon hingga seluruh luas tanah habis terjual.
"Ini memang ide gila, tapi ini lebih elegan dibanding meminta-minta," jelasnya saat ditemui di rumahnya, Kamis (12/7/2012).
Ia mengaku, konsep pembangunan mengadopsi masjid Al Fachrudin milik Universitas Muhammadiyah Malang. Karena itu jamaah menyebut masjid
Darus Sholihin sebagai masjid putih sesuai warna cat dinding.
Ia menambahkan, sampai hari ini telah terkumpul dana hasil penjualan masjid sebesar Rp 1,8 miliar, uang itu terkumpul dari 723 donatur. Sesuai target final pembangunan panitia masih membutuhkan dana sebesar Rp 650 juta.
Menurut dia, nilai dari donatur bervariasi sesuai dengan niat baiknya. "Sudah terkumpul 1,8 miliar," imbuh dia seraya mengaku luas keseluruhan masjid 2400 meter persegi.
Pihaknya berharap peminat terus berdatangan untuk membeli masjid, melalui sumbangan dana yang diberikan panitia. Karena panitia belum menyelesaikan pendirian menara setinggi 34 meter.
Dalam setiap pembelian, panitia juga memberikan sebuah sertifikat sebagai bukti sodaqoh jamaah. "Kami beri sertifikat yang kami keluarkan sendiri. Itu bukti hamba Allah telah menyumbangkan hartanya," kata Parno.
(gik/gik)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini