Festival sapi sonok tahun ini, lebih menyedot perhatian peternak sapi ras Madura. Tidak kurang 68 pasang sapi sonok unjuk kebolehan di arena sepanjang 30 meter. Setiap tampil, ada dua pasang sapi sonok yang melenggang di atas arena rumput.
Ketua Paguyuban Penggemar Sapi Sonok Pamekasan, H Zainuddin mengatakan, kontes sapi sonok sengaja digelar saban tahun. Kontes ini tak hanya memberikan hiburan kepada khalayak penonton.
"Lebih dari itu, kontes sapi sonok mengandung maksud memberi motivasi kepada peternak sapi agar tetap merawat sapi ras asli madura ini. Jangan sampai sapi asli madura dikawin silang dengan sapi eks luar negeri. Itu akan merusak genetik sapi asli madura," papar H Zainuddin saat ditemui di arena Festival Sapi Sonok se-Madura, Sabtu (25/10/2008).
Zainuddin yang telah 20 tahun ikut menampilkan sapi sonok miliknya, mengatakan, kata 'sonok' mengandung arti 'nlonok' atau menerobos palang pintu. Garis finis sapi sonok, memang berupa pintu bergaya joglo. Di pintu itulah sepasang sapi sonok beserta para pengiringnya harus 'nylonok' dan keluar dari arena.
Sebelum tampil di arena, sepasang sapi sonok dihias terlebih dahulu. Badan sapi sonok diberi 'baju' kebesaran. Baju berbahan kulit yang dililit ke perut sapi. Baju berhias pernak-pernik manik-manik.
Kepala sapi juga diberi mahkota. Tandukpun diberi selongsong hiasan emas. Aneka hiasan tampak pula dipasang melilit leher sapi. Hiasan yang menjuntai hingga mata kaki ini, kelihatan mewah. Beberapa pemilik sapi sonok, malah membelikan kalung berbahan emas seharga puluhan juta rupiah.
Saat tampil di arena, sepasang sapi sonok diiringi grup musik saronen khas Madura. Grup musik tradisional dengan sembilan orang penabuh alat musik itu, terus mengiringi setiap langkah sapi. Setiap penabuh alat musik tampak ikut menari di arena sepanjang 30 meter.
Sedangkan pemegang tali kekang sapi, tampak memimpin grup saronen. Sembari mengendalikan sapinya, pemegang tali kekang ikut menari. Gerakannya mirip kembangan jurus silat. Secara keseluruhan, tampilan sapi sonok menjadi tontonan menarik. Sebuah tontonan khas tradisi yang tak dimiliki daerah lain di Indonesia.
Selain dikenal sebagai Ketua Paguyuban Penggemar Sapi Sonok, Zainuddin yang tinggal di Desa Waru Barat, Kecamatan Waru, juga berprofesi sebagai pedagang sapi Madura tujuan Jakarta. Saban bulan, tak kurang 100 ekor sapi dikirimnya ke Pasar Hewan di Jakarta. Saat ini, Zainuddin memiliki enam pasang sapi sonok.
Ada yang bisa dipetik peternak dari kontes sapi sonok. Utamanya berkaitan dengan harga sapi. Jika sapi sonok tampil memukau dan mendapat penghargaan dari panitia, maka harganya akan berlipat-lipat. Betapa tidak. Sapi sonok yang berhasil memboyong tropi, maka harganya akan dipatok Rp 30 juta. Artinya, sepasang sapi sonok akan dihargai Rp 60 juta.
"Malah, ada penggemar berat sapi sonok yang rela membayar sepasang sapi sonok dengan harga fantastis hingga Rp 100 juta," ungkapnya.
Jika dana terbatas, pemilik sapi sonok membuat kalung berbahan kuningan yang disepuh emas. Tak pelak, kalung yang melilit leher sapi tampak dominan. Terlebih di ujung kalung diberi lonceng yang bergemerincing mengikuti setiap langkah sapi.
Menurut Zainuddin, anggaran perawatan sepasang sapi sonok memang menguras kocek pemiliknya. Bukan hanya belanja pakan harian, namun pemiliknya harus memberi jamu-jamuan berupa campuran belasan butir telur plus lima botol minuman energi.
"Untuk belanja jamunya saja, saya harus mengeluarkan dana sampai Rp 100 ribu per konsumsi. Sepekan harus diberi tiga kali," ujarnya.
Bagi pemilik sapi sonok, besarnya anggaran perawatan sapi menjadi tak ada artinya disaat melihat sapi miliknya tampil bergaya di arena festival. Apalagi saat mendengar sorakan dan pujian penonton bagi sapi miliknya. "Mak nyes gitu," kelakar Zainuddin menggambarkan kebanggaan pemilik sapi sonok saat sapinya bergaya di arena. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini