Kondisi tempat pembuangan sampah akhir (TPA) Putri Cempo, Mojosongo, Solo, sudah overload sejak 2010 silam. Meski begitu, Pemkot Solo masih menggunakan lahan seluas 17 hektare itu sebagai tempat pembuangan sampah warga di Solo.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Gatot Sutanto mengungkapkan, penggunaan lahan seluas 17 hektare untuk pusat pembuangan sampah itu terpaksa dilakukan lantaran tidak ada tempat lain untuk menampung sampah-sampah dari Solo.
"Sebenarnya sudah overload sejak 2010 lalu, tapi tidak ada alternatif lain sampai sekarang masih digunakan," terang Gatot kepada detikcom di TPA Putri Cempo, Senin (10/1/2022).
Dibuka sejak 1985 atau sudah digunakan lebih dari 36 tahun, sampah di TPA pun semakin menggunung. Bahkan ketinggian gunung sampah di TPA mencapai 28 meter.
"Ketinggian gunung sampah kemarin kita melakukan pengukuran, tingginya mencapai 28 meter dari permukaan sungai," ucapnya.
Dalam sehari, lanjut mantan Kepala Damkar itu, rata-rata 300 ton sampah dibuang di TPA yang berlokasi di perbatasan Solo dengan Karanganyar itu.
"Ini hanya digunakan untuk menampung sampah dari wilayah Solo saja," paparnya.
Banyaknya sampah yang dibuang di TPA membuat aliran sungai di sekitar TPA terancam tertutup. Untuk itu, adanya bantuan dua alat berat dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) diharapkan dapat mengantisipasi hal itu.
"Kami dari Cipta Karya KemenPUPR memberikan alat berat untuk pengalihan jalur sungai agar tidak kemasukan sampah," terang Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah Jateng Kemen PUPR Cakranegara kepada wartawan.
Cakra melanjutkan, jika sampah masuk ke aliran sungai dikhawatirkan dapat mencemari air.
"Kami bersama BBWSBS melakukan mitigasi kajian supaya sampah bisa ditarik lebih dalam agar tidak masuk ke badan air. Ada jenis bakteri yang bisa cemari badan air dan merusak," ucapnya.
(rih/sip)