Geger Alun-Alun Utara Dijual Virtual, Sultan Anggap seperti Main Monopoli

Geger Alun-Alun Utara Dijual Virtual, Sultan Anggap seperti Main Monopoli

Heri Susanto - detikNews
Minggu, 09 Jan 2022 11:45 WIB
Media sosial ramai membicarakan penjualan virtual Alun-alun Utara Yogyakarta di situs nextearth.io. Bagaimana kondisi terkini di kawasan tersebut?
Alun-alun Utara Yogyakarta. (Foto: Pius Erlangga/detikcom)
Yogyakarta -

Media sosial dihebohkan dengan kabar penjualan Alun-alun Utara, Istana Kepresidenan, dan Kepatihan Yogyakarta secara virtual. Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menganggap penjualan aset-aset penting secara virtual itu seperti mainan monopoli.

"Ndak, itu virtual aja kok. Jadi kan ya virtual itu (seperti) main monopoli," kata Sultan ditemui wartawan di Kompleks Kepatihan, Kantor Gubernur DIY, Kemantren Danurejan, Kamis (6/1/2022).

"Nek nganggo dadu kae (kalau pakai dadu) dapat sekian dapat sekian bisa naik turun melewati tertentu, dapat uang kertas bisa untuk membeli sesuatu, omah (rumah), hotel. Ya seperti itu," katanya memberikan gambaran.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Karena menganggap penjualan aset secara virtual itu layaknya permainan, Sultan menanggapinya secara santai. Apalagi, aset yang 'dijual' itu bukan hanya milik Keraton Yogyakarta saja. "Lha kan Istana Negara (Gedung Agung) kan juga dijual," kata Sultan.

Menurutnya, aktivitas virtual itu pada dasarnya juga bisa dilakukan oleh siapapun, termasuk oleh pihak Keraton Yogyakarta. "Keraton Yogyakarta menyelenggarakan seperti itu, terus jual Alun-Alun Utara ya boleh," katanya.

ADVERTISEMENT

Alun-alun Utara Kota Yogyakarta, belakangan ramai diperbincangkan gegara dijual secara virtual di situs nextearth.io. Media sosial pun ramai membicarakan penjualan virtual ini.

Meski demikian, Pemda DIY siap menempuh jalur hokum jika penjualan virtual aset negara dan keraton itu benar-benar telah merugikan.

"Kalau sudah merugikan, tentu langkah hukum akan kita lakukan," kata Sekretaris Daerah (Sekda) DIY Kadarmanta Baskara Aji di Kompleks Kepatihan, Kantor Gubernur DIY, Rabu (5/1).

Aji mengungkapkan sampai saat ini belum ada efek dari penjualan virtual tersebut. Dia pun mengimbau netizen yang melihat hal tersebut tak perlu untuk merespons berlebihan.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya...

Saksikan Video 'Keraton dan Alun-Alun Yogyakarta Dijual, Ini Kata Sri Sultan HB X':

[Gambas:Video 20detik]



"Saya kira masyarakat sudah bisa konfirmasi dengan diri sendiri. Apa iya Alun-Alun didol (dijual)," kata Aji, mantan Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga DIY itu.

Aji menegaskan, pemda akan merespons aktivitas virtual itu jika sudah benar-benar merugikan.

"(Saat ini) Belum ada efeknya," katanya.

Penjualan Alun-alun Lor (utara) ini salah satunya disoroti oleh akun Twitter @ridlwandjogja. Akun ini menampilkan postingan tangkapan layar ingin membeli Alun-alun Utara Yogya di metaverse. Namun, lokasi tersebut ternyata sudah dimiliki orang lain.

Dalam tangkapan layar tampak Alun-alun Utara Yogya dibanderol harga 254 USDT. USDT adalah mata uang digital alias crypto currency.

Terlepas dari geger berita jual belinya secara virtual, keberadaan alun-alun selalu menjadi bagian tak terpisahkan dari tata ruang kerajaan-kerajaan di Indonesia. Konsep alun-alun inikemudian diadopsi kota-kota di Indonesia yang selalu menyediakan tempat publik yang luas di dekat pusat pemerintahan.

Alun-alun Utara diperkirakan dibangun sekitar tahun 1755 bersamaan dengan pendirian Keraton Yogyakarta. Keraton Yogyakarta sendiri berdiri sebagai hasil dari Perjanjian Giyanti.

Keraton Yogyakarta melalui situs resminya www.kratonjogja.id menerangkan, keraton maupun bangunan-bangunan pendukungnya ditempatkan pada sebuah rangkaian pola garis imajiner yang membentang lurus antara Tugu Golong Gilig dan Panggung Krapyak. Termasuk di antaranya dua alun-alun yang dimiliki oleh keraton, Alun-alun Selatan dan Alun-alun Utara.

Alun-alun Utara sendiri membentang seluas 300x300 meter persegi. Di tengahnya berdiri sepasang pohon beringin yang dinamai Kiai Dewadaru dan Kiai Janadaru.

Karena kondisinya yang diberi pagar berbentuk persegi. Warga sering menyebut dua pohon ini sebagai beringin kurung.

Pada sisi utara dan sisi selatan, berdiri juga sepasang pohon beringin. Beringin di utara bernama Kiai Wok dan Kiai Jenggot, sedang yang di selatan bernama Agung dan Binatur.

Pada masa lalu, Alun-alun Utara dikelilingi oleh pagar batu bata dan selokan. Air selokan ini dapat digunakan untuk menggenangi alun-alun saat dibutuhkan.

Di antara pohon beringin yang berjajar, terdapat Bangsal Pekapalan sebagai tempat berkumpulnya para bupati maupun pejabat yang lebih tinggi.

Halaman 2 dari 2
(dil/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads