Warga di Pedukuhan Kedungwanglu, Kalurahan Banyusoco, Kapanewon Playen, Kabupaten Gunungkidul kerap terisolir ketika diguyur hujan deras. Sebab, crossway atau penyeberangan jalan itu kerap terendam luapan Sungai Prambutan.
Dukuh Kedungwanglu Burhan Tholib menjelaskan hujan deras yang mengguyur selalu membuat crossway di kampungnya terendam luapan air sungai. Menurutnya, luapan terjadi karena ada pertemuan antara Sungai Prambutan dengan Kali Oya sehingga aliran air menjadi tidak lancar.
"Kondisi ini sudah terjadi sejak puluhan tahun yang lalu hingga sekarang," ucap Burhan saat ditemui wartawan di Pedukuhan Kedungwanglu, Senin (22/11/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Burhan menyebut saat crossway terendam, ada lima RT dengan 470 KK yang terancam terisolir. Sementara warga di tiga RT lainnya bisa beraktivitas, tapi akses jalan untuk anak-anak berangkat ke sekolah masih terkendala.
Ditambah lagi, kata Burhan, untuk mengakses Pedukuhan Kedungwanglu terbilang sulit. Sebab, di sisi selatan terdapat Sungai Oya dan di sisi barat terdapat tebing.
"Jadi di Pedukuhan Kedungwanglu ada 8 RT. Nah, saat musim hujan sering banjir dan warga di RT 3,4,5,6 dan 7 tidak bisa beraktivitas karena crossway yang dibangun terendam air. Untuk RT 1,2, dan 8 tidak terisolir, tetapi tidak bisa (berangkat) sekolah," ujarnya.
Dia mengungkap selama musim hujan ini, sudah empat kali warganya terisolir gegara penyeberangan jalan terendam luapan air sungai. Meski begitu, warga tetap beraktivitas seperti biasa.
"Jadi warga di sini sudah terbiasa, dan hampir semuanya bisa berenang," katanya.
"Karena kalau banjir dan kebetulan ada kegiatan yang tidak bisa ditinggalkan ya warga lepas baju dan celana lalu berenang menyeberang sungai. Jadi bajunya diangkat gitu," imbuh Burhan.
Salah seorang warga Kedungwanglu yakni Fauzi mengungkap sejatinya ada tiga akses jalan di pedukuhan tersebut. Sedangkan crossway yang kerap terendam luapan Sungai Prambutan adalah akses di dalam pedukuhan.
"Pertama jembatan besar yang masuk kampung, dan dua jembatan yang di dalam kampung. Nah, dua jembatan ini melalui Sungai Prambutan yang sering meluap saat musim penghujan," ucap Fauzi.
Fauzi mengungkap sebenarnya ada jalur alternatif ketika crossway tersebut terendam banjir. Namun, warga harus memutar hingga belasan kilometer.
"Ada jalan memutar, tapi sulit dilalui karena harus melewati tebing dan menempuh jarak sekitar 15 kilometer. Jadi kalau terisolir ya warga makan apa yang ada saja, kan tidak bisa kemana-mana," katanya.
Selengkapnya di halaman berikutnya...