Pengemudi ojek online (Ojol) akhirnya mengggeruduk warung makan Mie Gacoan di Kotabaru, Yogyakarta, Sabtu (13/11) malam. Aksi itu buntut dari peristiwa Sabtu siang karyawan mie mengeroyok seorang Ojol viral di medsos.
Bahkan, akibat aksi Ojol tersebut, Polisi harus menutup warung makan dengan garis polisi. Setelah sempat terjadi kerusakan di warung tersebut.
"Biasa salah paham. Salah kasih orderan. (Masalah) sudah selesai," kata Kapolresta Yogyakarta Kombes Pol Purwadi Wahyu Anggoro, dihubungi wartawan, Minggu (14/11/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kapolsek Gondokusuman Kompol Surahman mengatakan, inti masalah adalah salah paham saja. Kesalahan soal order makanan juga sudah diganti makanannya. Tapi pelanggan atau ojol ini memang sempat marah-marah.
"Pelanggar atau ojol ini memang sempat marah-marah kemarin (Sabtu, 13/11). Itu tidak ada seperti dalam video yang kesebar insidennya, sudah kita mediasi tadi malam," jelasnya.
Ia juga mengklarifikasi, bahwa tidak ada tindakan fisik dari karyawan maupun dari ojol sendiri. "Penyelesaian nya kekeluargaan atau restorasi justice karena dari pihak restoran juga telah menerima bahwa kerusakan barang atau peralatan wajar karena kan ada luapan emosi ya kemarin. Biasa itu emosi dari simpatisan pihak ojolnya. Jadi masalahnya sudah selesai," imbuhnya.
Ia menambahkan, kedua belah pihak sudah sepakat walau ada barang yang rusak. Dari pihak manajemen Mie Gacoan sudah terima keadaan itu sebagai bentuk ketidakpuasan dari pelanggan. Artinya ada solusi yang sama-sama baik antara ojol dan manajemen restoran.
Surahman menyesalkan, bahwa media sosial ikut membesarkan permasalahan kecil. Hal itu yang berujung ketidakpahaman masalah yang sebenarnya terjadi.
"Biasa itu di media sosial, kesalahan nya ada masalah dengan pesanan ya, kemudian dari manajemen itu diganti makannnya tapi mungkin karena kekesalan ojol yang menunggu lama kemudian dari pihak ojol menendang kursi lalu ada juga suara atau perkataan yang tidak pantas dan terjadi kesalahpahaman. Tapi memang tidak ada kekerasan fisik saat insiden itu, hanya masalah ringan saja, tapi karena di sosial media makanya heboh," katanya.
Ia mengungkapkan, karena peristiwa tersebut, untuk sementara memang belum operasi lagi. Karena masih proses pembenahan akibat beberapa kerusakan.
"Kami dengan muspika untuk sementara sambil berbenah masih ditutup dulu. Makanya kita kasih garis polisi supaya tidak terulang lagi. Jangan sampai kita frontal menutup, tapi kesalahan hanya kecil saja," katanya.
Kepada outlet yang berdasarkan layanan jasa, lanjut Surahman, pihaknya berharap bisa memberikan pelayanan maksimal kepada pelanggaran.
"Bisa berkaca pada pelayanan yang lain yang baik harusnya ditiru, karena di masa pandemi ini kan tidak juga bisa antre. Banyak ada pembatasan berkaitan dengan kerumunan massa," katanya.
(mbr/mbr)