Ingatkan Pigai
Yehud adalah salah satu mahasiswa senior asal Papua yang menuntut ilmu di Solo. Dia dituakan oleh sesama mahasiswa asal Papua di Solo. Apalagi setelah organisasi resmi yang mewadahi para mahasiswa asal Papua di Solo bubar sejak 2019, Yehud semakin menjadi rujukan sikap teman-temannya.
"Sebagai orang Papua janganlah seperti itu. Kalau kritikannya itu saya tidak sependapat," ujar mahasiswa asal Papua di Solo, Yehud (29), kepada detikcom, Senin (4/10/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yehud pun menyayangkan perkataan Pigai yang ramai di media sosial. Menurutnya, sebagai seorang yang pernah menjabat di pemerintahan tidak seharusnya menyampaikan hal tersebut.
"Jangan sedikit-sedikit ada permasalahan sepele dipublikasi," ungkapnya.
Pasalnya, ada dampak tersendiri dari setiap yang diungkapkan oleh tokoh publik. Bahkan, bagi warga Papua lain yang tidak berkaitan dan tidak tahu-menahu seperti dirinya.
"Sebagai tokoh punya pemikiran yang luas dan menjaga kata-katanya dan perhatikan dampaknya bagi warga yang lain," ujarnya.
Pigai tidak mewakili warga Papua
Salah satu warga asal Merauke, Papua, yang sudah puluhan tahun hidup di Jawa Tengah. Gabriel Ndawi atau yang akrab disapa Gandi mengatakan cuitan itu tidak mewakili warga Papua.
"(Cuitan) Natalius Pigai tidak mewakili orang Papua. Orang Papua itu banyak, lho," kata Gabriel Ndawi di Semarang, Senin (4/10).
"Orang-orang di Jawa Tengah luar biasa. Saya hidup dengan orang Jawa Tengah puluhan tahun. Orang lain mau bicara orang Jawa Tengah gimana, terserah," ujarnya.
Gandi pun menjelaskan dirinya sudah ada di Yogyakarta dan Jawa Tengah sejak usia sekitar 20 tahun. Dia merasakan kehangatan di manapun ia tinggal.
"Kalau menganggap ada orang tidak baik, di seluruh dunia ada orang tidak baik," imbuhnya.
(bai/mbr)