Menengok Loji Manggoran, Kantor Bupati Magelang di Era Agresi Belanda

Menengok Loji Manggoran, Kantor Bupati Magelang di Era Agresi Belanda

Eko Susanto - detikNews
Sabtu, 11 Sep 2021 13:33 WIB
Loji Manggoran pernah jadi kantor Bupati Magelang era Agresi Militer Belanda
Loji Manggoran pernah jadi kantor Bupati Magelang era Agresi Militer Belanda (Foto: Eko Susanto/detikcom)
Magelang -

Bangunan rumah bercat warna hijau di Dusun Manggoran, Desa Bondowoso, Kecamatan Mertoyudan, Magelang, Jawa Tengah ini ternyata memiliki cerita di masa agresi militer Belanda II 1948-1949. Bangunan rumah ini dulunya pernah jadi kantor Bupati Magelang.

Rumah yang dijuluki Loji Manggoran ini pernah menjadi kantor sekretariat sementara Pemerintah Kabupaten Magelang di masa Agresi Militer II 1948-1949. Kala itu Bupati Magelang R Joedodibroto dan stafnya meninggalkan Pendopo Kabupaten Magelang (kini wilayah Kota Magelang), kemudian pindah menuju Loji Manggoran.

Loji Manggoran ini dimiliki oleh H A Marzukie, salah seorang saudagar tembakau di masa itu. Loji Manggoran ini kini dihuni cucu Marzukie, A Masduki Irawanto.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pada tahun 1948-1949, pemerintahan Raden Joedodibroto, waktu itu (agresi militer II) nggak tahu prosesnya rumah kita ditunjuk jadi tempat sementara kantor kabupaten. Mungkin ditinjau dari segi kelayakan tempat, segi keamanan lingkungan karena akses masuk sini terlalu sulit zaman itu, jadi dimungkinkan Belanda nggak sampai sini. Alhamdulillah selama di sini nggak terjadi apa-apa," kata Masduki saat ditemui, Kamis (9/9/2021).

Loji Manggoran yang berukuran 25x28 meter tersebut hingga sekarang masih berdiri kokoh. Ornamen rumah seperti jendela, pintu maupun tegel masih dipertahankan hingga sekarang.

ADVERTISEMENT

Tak hanya sebagai kantor bupati, area dusun di Loji Manggoran itu juga sempat digunakan sebagai tempat pengungsian warga. Kala itu banyak warga dari kota yang mengungsi ke dusun ini. Konon, keluarga A Marzukie bahkan harus memasak 20 kg beras setiap harinya untuk mencukupi kebutuhan para pengungsi tersebut.

"Di samping disini untuk kantor sementara kabupaten zaman Raden Joedodibroto selama 3-4 bulan itu. Di sini juga untuk tempat ngungsi di dusun sini. Dari keluarga sini memberikan ransum (makanan) kepada orang-orang yang ngungsi. Tiap hari masak sekitar 20 kilonan (beras)," ujarnya.

Masduki bercerita selama tinggal di Loji Manggoran, Bupati Magelang R joedodibroto menempati kamar depan untuk tidur. Sedangkan pemilik rumah tinggal di bagian belakang rumah.

"Sarenya (tidurnya) bapak bupati di sini (kamar depan), kemudian perkantoran di rumah sebelah, mesin tik. Keluarga eyang kakung dan ibu saya malah ngalah belakang, kemudian depan khusus untuk pak bupati," cerita Masduki yang kini menginjak usia 70 tahun, itu.

Masduki mengenang sekitar Loji Manggoran dulu sempat menjadi pusat pemerintahan kecamatan. Bahkan berdiri kantor urusan agama (KUA).

"Di sini (dusun) memang termasuk kayak pemerintahan kecamatan sampai ke KUA juga pindah di sini. Jadi pemerintahan sipil di sini dan pernah juga pembantu kita yang namanya Pak Murjono nikah di sini. Di KUA sini," tuturnya.

Masduki menuturkan, jika eyangnya H A Marzukie dulunya merupakan saudagar tembakau antarprovinsi. Tembakau dari Magelang, Temanggung, Muntilan dijual menuju pabrik-pabrik di daerah Jawa Timur.

Selengkapnya di halaman berikutnya...

Sebagai salah satu saudagar tembakau, kakeknya bisa terbilang sukses. Material bangunan Loji Manggoran pun dibangun dari bahan berkualitas yang dibeli dari sejumlah daerah.

"Ini materialnya nggak main-main kayu jati dari Nganjuk, kemudian gamping dari Tulungagung, pada waktu itu. Umpama sekarang itu nggak terlalu sulit untuk masalah transportasi, tapi waktu itu hanya satu-satunya jalan pakai gerbong sepur," kata dia.

Tak hanya itu, bahkan sempat ada turis dari Belgia yang datang dan menawar tegel Loji Manggoran. Namun, Masduki tidak berniat menjualnya.

"Saya kira utuh, masih asli. Di sini pernah ada turis dari Belgia mau beli ini (tegel), diambil minta keramik kelas berapa, tapi saya nggak boleh. Masalahnya, pertama ada histori/sejarah, keduanya memang tipe rumah seperti ini klasik," ujarnya.

Loji Manggoran pernah jadi kantor Bupati Magelang era Agresi Militer BelandaLoji Manggoran pernah jadi kantor Bupati Magelang era Agresi Militer Belanda. Masduki menunjukkan kamar yang pernah dipakai Bupati Joedodibroto (Foto: Eko Susanto/detikcom)

Sementara itu, Kabid Kebudayaan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Magelang, Mantep S membenarkan Loji Manggoran pernah dipakai sebagai pusat pemerintah Kabupaten Magelang di era Bupati Magelang Joedodibroto. Dari informasi yang dihimpun, Loji Manggoran diperkirakan dibangun pada 1903. Mantep pun

"Cerita begitu pernah digunakan untuk kantor kabupaten saat itu zaman kolonial. Bupati Joedodibroto," ujar Mantep.

Dia menerangkan kantor Bupati Magelang dulu berada di wilayah Kauman (kini bagian dari Kota Magelang) yang sekarang digunakan sebagai Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Magelang. Kemudian, sekitar tahun 1984, Kantor Bupati Magelang pindah menuju Sawitan, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang pada tahun 1984.

"Ya ini (kantor Bupati Magelang) dulu di Kota Magelang, Kauman. Sekarang untuk Kantor Disdukcapil, sebelum pindah ke Sawitan tahun 1984," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(ams/ams)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads