Inovatif, Emak-emak di Banjarnegara Manfaatkan Kotoran Sapi Jadi Biogas

Inovatif, Emak-emak di Banjarnegara Manfaatkan Kotoran Sapi Jadi Biogas

Uje Hartono - detikNews
Selasa, 31 Agu 2021 15:01 WIB
Warga di Desa Karangjambe, Banjarnegara, memanfaatkan kotoran sapi jadi biogas, Selasa (31/8/2021).
Warga di Desa Karangjambe, Banjarnegara, memanfaatkan kotoran sapi jadi biogas, Selasa (31/8/2021). Foto: Uje Hartono/detikcom
Banjarnegara -

Ibu-ibu di Desa Karangjambe, Kecamatan Wanadadi, Banjarnegara, memanfaatkan kotoran sapi menjadi biogas untuk menyalakan kompor di dapur rumah. Belasan rumah memakai biogas yang berasal dari kandang sapi di sekitar permukiman.

Salah satunya adalah Misnah (65). Dia rutin menggunakan menggunakan kompor biogas untuk memasak.

"Setiap sore di sini gantian memasak air atau yang lain. Kalau sekarang lagi merebus tahu untuk dimasak," ujar Misnah saat ditemui di Desa Karangjambe, Selasa (31/8/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Biogas yang berasal dari kotoran sapi ternyata sudah dimanfaatkan warga sejak 2013 lalu. Bahkan tidak hanya satu kompor. Sekitar 17 rumah tangga di sekitar kandang sapi yang sudah memanfaatkan biogas tersebut.

Satu di antaranya adalah Waryati (58). Ia mengaku dengan adanya pemanfaatan biogas hasil penguraian kotoran sapi tersebut menjadi lebih hemat sampai 50 persen.

ADVERTISEMENT

"Alhamdulillah jadi lebih irit. Kalau dirata-rata sebulan itu bisa 5 tabung elpiji 3 kilogram sekarang cukup 2 tabung," jelas Waryati.

Ia tidak memungkiri jika keberadaan biogas ini belum sepenuhnya maksimal. Sebab, api kompor biogas ini lebih kecil pada waktu memasak.

"Memang apinya lebih kecil kalau pagi hari. Karena banyak yang pakai. Makanya saya tetap menyediakan tabung elpiji biasa. Tapi kalau waktu siang atau malam apinya besar," terangnya.

Warga di Desa Karangjambe, Banjarnegara, memanfaatkan kotoran sapi jadi biogas, Selasa (31/8/2021).Warga di Desa Karangjambe, Banjarnegara, memanfaatkan kotoran sapi jadi biogas, Selasa (31/8/2021). Foto: Uje Hartono/detikcom

Waryati juga menuturkan, meski menggunakan biogas dari kotoran sapi, tidak sampai mengubah rasa masakan. Termasuk kekhawatiran masakan menjadi bau.

"Kalau rasa sama saja dengan dimasak menggunakan kompor gas elpiji. Ini juga tidak bau. Pokoknya aman," ucapnya.

Meski ia baru ikut menggunakan biogas dari penguraian kotoran sapi 4 bulan lalu, namun ia mengaku sudah merasakan banyak manfaat. Selain untuk kompor juga untuk penerangan saat terjadi listrik padam.

"Jadi selain digunakan untuk kompor untuk memasak juga bisa untuk penerangan kalau pas mati lampu. Pakainya seperti petromaks. Jadi kita hanya beli kain lampunya saja," paparnya.

Beruntungnya lagi, tidak ada biaya yang harus dibayarkan setiap bulannya. Warga hanya membayar di awal pemasangan untuk membeli kompor dan pipa untuk menyalurkan biogas tersebut.

"Ini gratis, tidak ada biaya per bulannya. Bayarnya sekali di awal. Itung-itung untuk biaya kompor, dan pipa," tuturnya.

Penjelasan pengelola biogas di halaman selanjutnya...

Sementara itu, pengelola biogas dari kotoran sapi, Fakhrudin, menyebut biogas dari kotoran sapi sudah mulai dimanfaatkan untuk energi terbarukan sejak 2013. Saat ini jumlah pengguna terus bertambah seiring bertambahnya sapi.

"Sekarang ada 17 rumah tangga yang menggunakan biogas ini. Sedangkan jumlah sapinya total ada 37 ekor. Sebenarnya lebih maksimal kalau yang memakai sedikit. Perbandingannya 3 ekor sapi untuk 1 rumah. Itu yang sesuai," jelas Fakhrudin.

Secara teknis, pembuatan biogas dengan kotoran sapi ini tidaklah rumit. Kotoran sapi hanya diendapkan di bawah kandang kedap udara. Nantinya setelah 15 hari kotoran sapi mengalami proses fermentasi hingga menghasilkan biogas.

"Setelah ada proses fermentasi, baru disalurkan ke rumah-rumah warga melalui pipa. Tidak ada perawatan khusus, hanya membersihkan tempat untuk fermentasi. Itu pun tidak mesti satu tahun sekali," imbuhnya.

Halaman 2 dari 2
(rih/sip)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads