Polisi Usut Info Pemotongan Dana Kesehatan, RSUD Kudus Buka Suara

Polisi Usut Info Pemotongan Dana Kesehatan, RSUD Kudus Buka Suara

Dian Utoro Aji - detikNews
Senin, 23 Agu 2021 16:27 WIB
Jumpa pers RSUD Dr Loekmonohadi Kudus terkait info pemotongan dana kesehatan, Senin (23/8/2021).
Jumpa pers RSUD Dr Loekmonohadi Kudus terkait info pemotongan dana kesehatan, Senin (23/8/2021). (Foto: Dian Utoro Aji/detikcom)
Kudus -

Polda Jateng mengusut informasi dugaan pemotongan dana kesehatan di RSUD dr Loekmonohadi Kudus. Pihak rumah sakit pun akhirnya buka suara.

"Intinya kalimat memotong, menyunat itu sangat tidak tepat," kata Direktur RSUD Kudus Abdul Aziz Achyar saat konferensi pers di RSUD dr Loekmonohadi Kudus, Senin (23/8/2021).

Aziz mengatakan ada beberapa poin disampaikan jajaran direksi RSUD Kudus terkait dengan kasus dugaan pemotongan dana kesehatan ini. Pertama kata dia bahwa direksi rumah sakit berpelat merah ini tidak ada kebijakan untuk memotong insentif tenaga kesehatan atau nakes.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya insentif para nakes tersebut ditransfer langsung dari BPKAD Kabupaten Kudus ke masing-masing penerima. Disebutkan besaran insentif pun dipastikan utuh dan tidak ada pemotongan.

"Pertama tidak ada kebijakan direksi untuk memotong insentif nakes, karena insentif nakes itu langsung dari rekening BPKAD Kabupaten Kudus kepada rekening para nakes yang mendapatkan insentif tersebut dengan jumlah dengan jumlah utuh tanpa ada potongan," jelas Aziz.

ADVERTISEMENT

Kedua menurut Aziz sebelumnya jajaran direksi rumah sakit telah memeriksa enam nakes yang sempat diperiksa polisi. Menurutnya didapatkan hasil jika ternyata ada para nakes iuran untuk membantu nakes lain yang tidak mendapatkan insentif.

"Kedua dalam pemeriksaan yang kita lakukan, para nakes tersebut diperoleh informasi bahwa memang ada iuran suka rela dari para nakes dengan tujuan program kepada rekan-rekan lainnya yang tidak termasuk para nakes yang menerima insentif," jelas dia.

"Padahal para nakes, rekan-rekan mereka tidak menerima itu memang teman-teman yang memiliki resiko kerja sama bahkan ada lebih berat atau tinggi, seperti cleaning service hingga administrasi, pramusaji dan sebagainya," sambung Aziz.

Dia mengaku tidak mengetahui besaran iuran para nakes tersebut. Namun disebutkan ada perkiraan iuran sekitar Rp 300 ribu sampai dengan Rp 500 ribu per nakes.

"Iuran besaran saya tidak tahu. Karena bervariasi, ada yang Rp 300 ribu ada yang Rp 500 ribu, masing-masing kelompok. Karena saya baru sampai yang kemarin yang diperiksa polisi. Intinya mereka iuran," ungkap dia.

Aziz mengatakan bahwa ini inisiatif para nakes yang mendapatkan insentif untuk iuran membantu sesama nakes. Dia pun mengaku akan menghormati proses hukum berjalan saat ini.

"Karena ini memang betul inisiatif para nakes yang mendapatkan insentif untuk mengumpulkan iuran," jelas dia.

"Terlepas para nakes itu, pada intinya mereka memiliki niat baik hanya memang kami menyerahkan kepada Polri di dalam mengungkap barangkali ada proses itu ada kelalaian, atau proses yang salah. Jadi bahwa apa yang, karena kita baru tahu," ungkapnya.

Diberitakan sebelumnya, Polda Jateng tengah mengusut informasi adanya pemotongan dana kesehatan di RSUD dr Loekmonohadi Kudus. Sejumlah pihak pun dimintai keterangan soal kasus ini.

"Saya membenarkan terkait adanya informasi kasus pemotongan dana kesehatan di Kudus. Saat ini tim Polda masih mengumpulkan bahan keterangan dan bukti-bukti yang cukup," terang Kabid Humas Polda Jateng, Kombes Iqbal Alqudusy saat dimintai konfirmasi wartawan lewat pesan singkat, Jumat (20/8).

(sip/mbr)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads