"Lockdown ini sudah berjalan beberapa hari sejak 2 Juni lalu tapi belum ada bantuan bahan makanan dari pemerintah. Baru hari kelima (hari) ini mulai ada bantuan, itu pun dari donatur-donatur," ujar Ketua RW 4 Desa Randusari, Susminto, kepada wartawan, di Tegal, Senin (7/6/2021).
Merespons keluhan warga, Susminto terpaksa menggunakan kas musala untuk demi memenuhi kebutuhan makanan untuk warganya itu. Selain itu, kata Susminto, bersama relawan mereka juga mencari donatur dari warga luar RW dan para perantauan.
Baca juga: 70 Warga dari 1 RW di Tegal Terpapar Corona |
"Karena waktu itu bantuan dari instansi pemerintah belum sampai, sedangkan masyarakat sudah sangat perlu (makan) sekali, sudah 3 hari tidak dapat bantuan. Jadi saya inisiatif bersama pengurus musala untuk memakai kas musala untuk membeli bahan makanan, " kata Susminto.
Berharap Pemerintah Beri Bantuan Makanan
Lebih lanjut, kata Susminto, bantuan yang dibagikan dalam bentuk beras, minyak goreng, tempe, telur dan mi instan. Dia berharap, bantuan makanan segera turun untuk membantu mereka yang sedang menjalani isolasi mandiri.
Mengingat persediaan makanan yang ada sekarang jumlahnya terbatas dan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan makan selama karantina.
"Kalau mengandalkan bantuan tetangga kan sifatnya seadanya. Jadi mohon dari pemerintah memberikan bantuan untuk membantu warga," sambungnya.
Diwawancara terpisah, Kades Randusari, Jadi Sanyoto, membantah pihaknya belum memberikan bantuan. Jadi Sanyoto, mengakui, bantuan desa memang belum menjangkau semua warga yang sedang menjalani isolasi mandiri.
"Jadi saya ralat ya, desa sudah memberikan bantuan, tapi memang belum semua. Kita nunggu aturan, mudah mudahan dipercepat dana PPKM Mikro. Sehingga semua yang sudah divonis positif akan segera dibantu," cetus Jadi Sanyoto.
Diberitakan sebelumnya, RW 4 Desa Randusari ditetapkan lockdown lokal sebagai dampak masihnya penyebaran virus Corona. Hingga hari ini, warga yang terkena COVID-19 di wilayah itu sebanyak 66 orang dari 54 KK. Selain itu dalam enam orang meninggal akibat terjangkit virus ini.
Kepala Desa Randusari, Jadi Sanyoto, mengatakan, lonjakan kasus COVID-19 terjadi karena adanya peningkatan aktivitas warga dan kontak erat dengan warga dari luar kota.
"Saat Lebaran itu mungkin ada klaster dari Jakarta. Karena masyarakat kurang peduli terkait COVID-19 ini, sehingga mereka anggap biasa-biasa saja. Setelah ada yang terpapar dan meninggal dunia baru mereka percaya ternyata benar adanya," ujar Jadi. (skm/ams)