Akhir Tragis Kehidupan Ridwan, Meninggal Dikeroyok Teman Seperguruan

Terpopuler Sepekan

Akhir Tragis Kehidupan Ridwan, Meninggal Dikeroyok Teman Seperguruan

Andika Tarmy - detikNews
Sabtu, 29 Mei 2021 07:49 WIB
Makam Ridwan yang tewas dianiaya rekan sesama pesilat dibongkar, Karanganyar, Kamis (27/5/2021).
Pembongkaran makam Ridwan untuk diautopsi (Foto: dok Polres Karanganyar)
Karanganyar -

Sesosok mayat ditemukan warga di bawah jembatan Desa Tugu, Kecamatan Jumantono, Karanganyar, Jawa Tengah, Senin (17/5). Korban bernama Ridwan (19), warga Desa Kwangsan, Karanganyar ini sempat diduga sebagai korban kecelakaan.

Dugaan itu muncul karena dari pemeriksaan luar tidak menunjukkan ada tanda-tanda kekerasan. Ridwan akhirnya dimakamkan oleh pihak keluarga tanpa proses autopsi.

Belakangan terungkap, Ridwan tewas akibat penganiayaan. Satreskrim Polres Karanganyar sudah mengamankan empat pelaku yang diduga menganiaya Ridwan hingga tewas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penangkapan para pelaku ini berawal dari diamankannya pelaku utama berinisial AH, warga Jumantono Karanganyar. Melalui pelaku AH ini, polisi kemudian mengamankan tiga terduga pelaku lain, yakni RW, AI, dan MF pada Jumat (21/5).

Empat tersangka adalah rekan seperguruan silat

Berdasarkan perkembangan pemeriksaan, polisi resmi menetapkan keempatnya sebagai tersangka. Keempat tersangka ini diketahui merupakan teman korban sesama perguruan silat.

ADVERTISEMENT

"Dua tersangka sudah kita jadikan tersangka utama, kita kenai dengan pasal 170 KUHP (tentang pengeroyokan). Dan untuk dua tersangka lainnya kita kenakan pasal 181 KUHP, terkait membantu menyembunyikan mayat korban," jelas KBO Satreskrim Polres Karanganyar, Ipda Anton Sulitiyana, Senin (24/5).

Sebelum dibuang mayat Ridwan sempat 'diinapkan'

Menurut polisi, para tersangka penganiayaan sempat kebingungan menentukan lokasi pembuangan mayat. Jasad Ridwan bahkan sempat 'diinapkan' di kamar salah satu tersangka selama satu malam sebelum akhirnya dibuang.

"Setelah dianiaya, pelaku itu rencana membawa ke rumah sakit tetapi korban sudah meninggal dunia. Akhirnya para tersangka muter-muter di Karanganyar dengan membawa kendaraan roda empat," ujar Anton, ditemui wartawan di Satreskrim Polres Karanganyar.

Anton menyebut, para tersangka sempat kebingungan mencari tempat untuk menyembunyikan jasad korban. Karena tak menemukan solusi, para tersangka membawa korban ke kamar salah milik tersangka AI.

"Setelah tersangka ini bingung mau dibuang dimana, akhirnya (jasad korban) disimpan di sebuah kamar salah satu warung di Karanganyar. Itu kamar milik tersangka AI," ungkapnya.

Di kamar itulah, jasad korban 'menginap' selama satu hari. Baru berselang sehari kemudian, para tersangka kembali mengambil jasad korban untuk dibuang.

"Selang satu hari akhirnya dibantu dengan temannya inisial AI dan MF. Para tersangka selanjutnya berpikir untuk membuang (jasad) ke arah rumah korban, yang ada di wilayah Jumantono," jelas Anton.

Simak video 'Keroyok Anggota TNI di Terminal Bungurasih, 4 Preman Ditangkap':

[Gambas:Video 20detik]



Selanjutnya: Makam dibongkar, ini hasil autopsi jasad

Makam Ridwan dibongkar untuk autopsi

Sementara itu, polisi akhirnya membongkar makam Ridwan. Pembongkaran makam dilakukan dalam rangka proses autopsi untuk mengetahui penyebab pasti kematiannya.

Proses autopsi ini dilakukan di lokasi pemakaman Ridwan di TPU Brongkol, Desa Kwangsan, Kecamatan Jumapolo, Kamis (27/5). Autopsi dilakukan polisi bersama tim forensik RSUD dr Moewardi Solo.

Petugas menemukan kejanggalan saat melakukan autopsi terhadap jasad Ridwan. Untuk pemeriksaan lebih lanjut, petugas forensik membawa jantung Ridwan ke laboratorium forensik RSUD dr Moewardi, Solo.

"Awalnya terlihat tanda-tanda memar di dada. Lalu waktu masuk ke organ dalam, terlihat ada kejanggalan pada warna jantung korban," ujar Kasat Reskrim Polres Karanganyar AKP Kresnawan Hussein, Kamis (27/5).

Untuk memastikan penyebab kejanggalan tersebut, lanjutnya, petugas forensik memerlukan pemeriksaan yang lebih mendalam. Organ jantung korban diambil petugas untuk diperiksa di laboratorium. "Sehingga jantung diambil untuk dilaksanakan pemeriksaan di laboratorium," jelas Kresnawan.

Sementara itu, hasil pemeriksaan organ tubuh korban yang lain tidak menunjukkan hal yang mencurigakan. Begitu juga dengan kondisi tulang korban sama sekali tidak menunjukkan fraktur (patah).

"Kalau untuk kepala nggak ada yang fatal. Kondisi jasad masih utuh, tidak ada yang patah tulangnya baik semua," terangnya.


Selanjutnya: motif para pelaku menghabisi Ridwan

Motif di balik penganiayaan terhadap Ridwan

Kresnawan menyebut ada dua tersangka yang melakukan penganiayaan kepada korban. Keduanya sama-sama mengakui menganiaya Ridwan tanpa menggunakan alat.

"(Dengan) tangan kosong. Kan baik korban maupun dua tersangka yang melakukan pemukulan itu kan sama-sama dari perguruan silat. Jadi sejauh ini tidak ditemukan alat dan tidak ditemukan pengakuan dari tersangka maupun saksi yang melihat bahwa mereka pakai alat (untuk menganiaya korban)," kata dia.

Dari pengakuan para tersangka, lanjutnya, polisi menduga tidak ada niatan awal para tersangka untuk membunuh korban. Menurutnya, para tersangka awalnya hanya ingin melakukan klarifikasi ucapan korban.

"(Dugaan) sementara, awalnya nggak ada rencana (membunuh). Karena itu cuma klarifikasi tuduhan korban bahwa tersangka jual obat terlarang. Setelah klarifikasi (disuruh) buat pernyataan, ada pernyataan yang dibuat tertulis," jelasnya.

Namun proses klarifikasi tersebut berbuntut para tersangka menganiaya dengan memukuli korban. Kresnawan menyebut, tersangka memukuli korban yang sudah dalam posisi menunduk.

"Setelah itu klarifikasinya jadi mulut ke mulut (adu mulut). Pelaku yang pertama atas nama W mukul dulu tiga kali, setelah itu dia nggak ikut lagi. Terus pelaku yang kedua, yang sampai meninggal yang kedua ini, atas nama AH. AH pukul kepala, karena posisinya ada saksi yang melihat korban sudah menunduk masih dipukuli," ungkapnya.

Sementara dua tersangka lain, kata Kresnawan, berperan membantu membuang mayat korban. Dua tersangka ini tidak mengetahui perihal penganiayaan yang dilakukan kepada korban.

"Yang dua orang bagian buang (jasad korban). Jadi setelah itu jadi mayat, baru tersangka yang buang ini datang. Berarti kan dia tidak tahu kejadiannya sebenarnya, tapi dia lihat sudah jadi mayat, dia bantu cari tempat," urainya.

Keempat tersangka ini kemudian mengambil mobil milik tersangka AH. Mobil inilah yang digunakan para tersangka untuk mengangkut korban untuk dibuang.

"Bukan seolah-olah biar terlihat seperti kecelakaan, (korban) dibuang di lokasi karena sudah bingung saja. Diglundungin (dari atas jembatan) makanya terlihat seperti jatuh dari atas," pungkas Kresnawan.

Halaman 2 dari 3
(mbr/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads