Penemuan jenazah musisi asal Yogyakarta, Yulius Panon Pratomo (44), di Bengawan Solo, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, menyisakan misteri. Penyebab kematian komposer lagu-lagu rohani itu masih dipertanyakan.
Sempat hilang, ditemukan mengambang
Yulius dilaporkan hilang saat berada di Solo. Ketua RT 05 RW 16, Sanggrahan, Tlogoadi, Mlati, Kabupaten Sleman, DIY, Marsudi, membenarkan Yulius sempat dilaporkan hilang. Marsudi baru mendapat kabar Yulius meninggal pada Senin (24/5) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penemuan mayat mengambang di aliran Bengawan Solo, Sragen, pun mengakhiri pencarian Yulius. Polisi memastikan mayat itu adalah Yulius Panon setelah mencocokkan sidik jarinya.
"Saya Senin (24/5) pagi jam 8 dapat grup WA awalnya masih hilang. (Dapat kabar ditemukan) siang sekitar jam 14.30 WIB sudah info itu. Masih ditemukan tapi belum pasti beliaunya. Infonya seperti itu, tapi kemiripan ke arah sana. Pastinya malam jam 10-an tadi malam sudah dipastikan," kata Marsudi saat ditemui di rumah duka, Sleman, Selasa (25/5/2021).
Bersiap gelar konser musik
Yulius bersama rekan-rekannya dari kelompok musik Nafsigira datang ke Solo untuk menggelar konser virtual di Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT), Rabu (26/5). Mereka tiba pada Sabtu (22/5) malam dan menginap di sanggar Nafsigira di Kelurahan Kemlayan, Solo.
Manajer Yulius, Antonia Filicia Esa Rindi, mengatakan Yulius terakhir terlihat pada Minggu (23/5) dini hari, sekitar pukul 01.00 WIB. Esa bangun tidur pukul 04.00 WIB dan sudah tidak mengetahui keberadaan Yulius.
"Mas Yus kan tidak begitu tahu jalan Solo, saya coba cari keliling ke tempat yang sekiranya dilalui, tapi nggak ketemu. Ponselnya ditinggal. Saya cek juga nggak ada janjian dengan orang lain," kata Esa saat dijumpai di sanggar Nafsigira, Kemlayan, Solo, Selasa (25/5/2021).
Menurutnya, Yulius memang memiliki kebiasaan keluar dari rumah untuk mencari inspirasi. Esa saat itu pun sempat menduga Yulius hanya pergi untuk mencari inspirasi.
"Biasanya memang beliau cari inspirasi, naik motor keliling, pulang lalu ditulis," katanya.
Yulius di akhir hayatnya tidak menceritakan sebuah masalah dan tidak terlihat aneh. Namun Esa melihat ada yang tidak biasa dari Yulius.
"Tapi memang kali ini saya lihat teks-teks Mas Yus itu sudah disiapkan rapi. Ada teks untuk cello, biola, flute. Biasanya beliau menaruh teks berantakan," ujar dia.
Selengkapnya di halaman selanjutnya...
Simak juga 'Tiga Korban Kapal Tenggelam di Jambi Dievakuasi':
Penyebab kematian masih misterius
Polisi atas izin keluarga melakukan proses autopsi di RSUD dr Moewardi, Solo. Hingga Selasa (25/5) malam, hasil autopsi belum dirilis secara resmi.
"Hasil autopsi secara resmi belum dikeluarkan oleh pihak rumah sakit (RSUD dr Moewardi). Namun secara lisan disampaikan penyebab kematian itu kehabisan napas," ujar Kapolres Sragen AKBP Yuswanto Ardi saat dihubungi detikcom, Selasa (25/5/2021) malam.
Yuswanto menyebut, petugas tidak menemukan tanda-tanda penganiayaan pada jasad korban. Namun, di sisi lain, petugas tidak menemukan tanda-tanda korban meninggal akibat tenggelam.
"Tidak ada tanda-tanda penganiayaan. Tanda-tanda tenggelam tidak ditemukan ya, karena pada saluran pernapasan bersih," ungkapnya.
Kondisi saluran pernapasan yang bersih menimbulkan pertanyaan terkait kemungkinan korban sudah meninggal sebelum masuk ke air. Terkait hal itu, Yuswanto mengaku masih akan menunggu hasil autopsi resmi sembari melakukan pemeriksaan saksi-saksi.
"Ya itu makanya masih ada yang belum sepenuhnya diyakini oleh penyidik, maka kita juga akan imbangi dengan keterangan saksi," jelasnya.