Syarat kedua yang disampaikan Nyarwi, PDIP mampu menata struktur organisasi kepartaiannya tidak hanya sebagai organisasi parpol. Namun juga menjadi mesin pemasaran politik yang efektif dan penetrative.
"Mesin ini juga harus gesit di berbagai jenis lapangan atau arena politik, bukan hanya di media sosial saja. Untuk mencapai ini, para elit PDIP dituntut mampu melakukan penetrasi pasar politik secara intens ke kalangan masyarakat luas melalui berbagai jenis interaksi langsung," ucap dosen Fisipol UGM ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Syarat ketiga, para elit PDIP, khususnya yang menjadi publik figure atau menjabat di lembaga-lembaga negara atau pemerintahan mampu lebih memasarkan partainya, dibandingkan dengan dirinya. Dalam hal ini, mereka dituntut memiliki semangat kolektif untuk lebih mengedepankan visibilitas kinerja PDIP sebagai sebuah parpol dalam panggung politik lokal dan nasional dibandingkan kinerja dirinya sebagai personal.
"Kritik yang disampaikan oleh Bambang Wuryanto ke Ganjar Pranowo (agar tidak terlalu ambisius masuk dalam bursa Capres 2024) sepertinya dapat kita baca sebagai warning bagi semua kader PDIP yang saat ini menjadi pejabat publik. Khususnya memiliki popularitas dan elektabilitas yang tinggi, agar lebih mampu 'memasarkan' parpolnya, bukan sekedar 'memasarkan' dirinya saja," pungkasnya.
(sip/mbr)