Unggas-unggas milik warga di Desa Kajoran, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah mati mendadak dalam kurun waktu dua pekan belakangan ini. Jumlah unggas yang mati tercatat nyaris 200 ekor.
"Punya saya ayam kampung dan mentok yang mati sekitar 140 ekor. Mentok itu mati dalam dua hari 28 ekor," ungkap Suprapti (65) peternak warga Dusun Gadung Mlati, Desa Kajoran, Kecamatan Klaten Selatan pada detikcom di rumahnya, Kamis (18/3/2021).
Suprapti mengatakan kematian unggas-unggasnya itu terjadi sejak sekitar dua pekan lalu. Usia unggasnya yang mati juga beragam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada yang ayam masih kecil usia dua bulan, ada juga yang sudah dewasa. Yang betina dewasa (mati) 25 ekor dan yang jantan dewasa 15 ekor dan lainnya ayam muda dan semua dikubur," jelas Suprapti.
Ayam yang mati, ungkap Suprapti, tidak menunjukkan gejala sakit sebelumnya. Namun paginya ditemukan mati dengan ciri jengger merah.
"Yang mati jenggernya merah dan ada yang ngorok. Yang ayam dewasa dari mulutnya keluar darah seperti muntah darah di tanah," papar Suprapti.
Menurut Suprapti, kematian unggasnya yang terakhir terjadi tiga hari lalu. Saat ini beberapa ekor ayamnya masih dikarantina agar tidak tertular.
"Masih ada beberapa yang hidup saya kandangkan daripada ketularan mati. Kandang sudah kami semprot agar bersih," lanjut Suprapti.
Warga lain, Suyatmi, dari Dusun Demangan, Desa Kajoran mengatakan ada sekitar 30 ekor ayam miliknya yang mati. Sebagian sempat disembelih dan sebagian telah dikubur.
"Sekitar 30-an (ayam mati) ada kemarin. Ada yang sempat disembelih saat masih hidup dan yang mati mendadak dengan tanda ayam tidak bisa jalan lalu mati," sambung Suyatmi kepada detikcom di rumahnya.
Tri Sundari yang juga memelihara ayam juga menceritakan hal serupa. Sebanyak 15 ayam miliknya mendadak sepekan lalu.
"Matinya mendadak, tidak ada tanda sebelumnya. Tahu-tahu kelabakan lalu mati," kata Tri kepada detikcom.
Menurut Tri, saat ini ayam dewasa miliknya sudah habis dan tersisa hanya anak-anak ayam.
"Yang dewasa sudah habis padahal harganya ada yang di atas Rp 50.000. Ini sisanya anakan tanpa induknya sebab induknya mati," jelas Tri.
Diwawancara terpisah, Kepala Seksi Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan Pemkab Klaten, drh Awik Purwanti, mengatakan sudah mendapatkan laporan kejadian itu. Namun dia belum bisa dipastikan penyebabnya.
"Belum bisa dipastikan penyebabnya. Kalau hanya satu yang kepalanya merah atau keluar darah belum bisa dipastikan penyebabnya, harus kita cek lapangan," jelas Awik saat dihubungi detikcom.
(sip/mbr)