Rumah Nyempil di Antara Hotel Mewah Sleman, Bertahan Demi Jaga Warisan

Rumah Nyempil di Antara Hotel Mewah Sleman, Bertahan Demi Jaga Warisan

Jauh Hari Wawan S - detikNews
Jumat, 05 Mar 2021 16:47 WIB
Di Jalan Palagan, Ngaglik, Sleman terdapat bangunan rumah mungil yang lokasinya nyempil alias diapit hotel mewah. Uniknya, rumah sederhana itu berada di tengah megahnya bangunan hotel bintang lima di Yogyakarta.
Ada rumah mungil nyempil di antara hotel mewah di Jalan Palagan, Sleman, Rabu (3/3/2021). (Foto: Jauh Hari Wawan S/detikcom)
Sleman -

Di Jalan Palagan, Ngaglik, Sleman, terdapat bangunan rumah mungil yang lokasinya nyempil alias diapit hotel mewah. Rumah dan tanah seluas sekitar 1.000 meter persegi itu merupakan milik pasangan Tukidi (70) dan Lasiyem (60).

Tukidi sudah menempati lokasi itu jauh sebelum sebuah hotel bintang lima di Yogyakarta yang dibangun tahun 1995. Sebenarnya, tanah milik Tukidi juga dilirik pengembang hotel saat itu. Hanya saja, Tukidi bergeming tak melepas aset tanahnya.

"Dulu itu cuma ditawar Rp 25 ribu per meter persegi. Ya saya bisa dapat apa? Kalau saat ini kan harga tanah makin mahal," kata Tukidi saat ditemui di rumahnya, Kampung Sedan, Sariharjo, Ngaglik, Sleman, Rabu (3/3/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Puluhan tahun berlalu, rumah Tukidi di atas sebidang tanah itu masih tetap berdiri. Walau lokasinya tetap saja nyempil.

Tukidi tak pernah menyesal pernah menolak tawaran untuk menjual tanahnya. Sebab, ia justru ingin menjaga tanah yang sudah diwariskan turun temurun ini.

ADVERTISEMENT

Ia beranggapan, jika dulu jadi dijual, justru ia tidak akan punya apa-apa. Apalagi saat ini harga tanah di Yogya kian hari semakin mahal.

"Kalau dulu dilepas malah uangnya sekarang udah habis. Kalau dulu hanya laku Rp 20 juta. Itu harga Kijang tahun 90 itu baru Rp 18 juta. Kalau dulu (dijual) untuk beli Kijang satu sisa 2 juta. Njur ndilalah (lalu) rusak terus memperbaiki belum pajaknya," ceritanya.

"Lha gini aja, (tanah) tinggal turu wes munggah dewe (tinggal tidur saja sudah naik harganya). Nyatanya gitu. (Ya ini) Menjaga warisan," tegasnya.

Di mata developer, lokasi itu tentunya sangat strategis. Diakuinya, tawaran untuk membeli tanah itu datang silih berganti. Namun ia tetap bergeming.

"Kalau yang mau beli itu ada. Kalau tidak ada yang membeli ya tidak apa-apa. Ada juga yang pesan misal kalau nanti mau dijual lewat dia saja," tuturnya.

Tukidi yang sudah berusia senja bertahan hidup dengan berjualan nasi rames di rumahnya. Warung makannya ini bahkan sudah ada sejak sebelum hotel dibangun.

"Warung ini ada sebelum ada hotel. Namanya juga warung Bu Lasiyem," ucapnya.

Kakek dari empat orang cucu itu lantas mengisahkan kondisi Kampung Sedan, Sariharjo, Ngaglik, pada zaman dulu.

"Sedan itu sepi, tahun 90 itu hotel baru pembebasan tanah pembangunan hotel itu tahun 1995, kalau grand opening hotel 1997," tuturnya.

Selengkapnya di halaman selanjutnya...

Seingatnya, baru pada medio tahun 2000-an Jalan Palagan mulai ramai. Berawal dari munculnya pabrik rokok, hotel, kampus kemudian membuat kos-kosan menjamur.

Jalan yang awalnya hanya kanan kirinya kebun mendadak jadi semi perkotaan. Transportasi juga lama-lama juga tumbuh.

"Kalau mulai ramai jalan, itu sekitar tahun 2000-an. Dulu sepi. Biyen bulak, riki dalane masih kasar (dulu kebun, jalannya masih kasar). Transportasi gerobak pasar dari Turi sana. Listrik belum ada, baru masuk tahun berapa lupa," kenangnya.

"Bus Baker itu masuk sini, pertama Yogya-Turi terus kedua Yogya-Pakem. Hanya itu. Selain itu ya gerobak. Itu (Baker) tidak sampai malam, kalau magrib tidak ada orang lewat," ucapnya sembari tertawa.

Tukidi juga ingat dengan kondisi Jalan Palagan yang masih sepi itu. Konon, dulu di Jalan Palagan masih ada begal berkeliaran. Sempat suatu ketika rumah Tukidi digedor orang untuk meminta tolong.

"Itu ada orang teriak tolong-tolong, lalu sempat gedor rumah. Suaranya terdengar karena dulu kan di sini cuma kebun-kebun dan hanya ada 5 rumah itu saja jaraknya jauh," kata Tukidi yang kemudian disusul tawa terkekeh.

Baginya, perubahan zaman ini semakin cepat. "Kalau seperti saya ini ndak maju-maju. Zaman e majune cepet (kemajuan zaman yang cepat)," kata Tukidi seraya tertawa.

Kelak, jika ia sudah tiada, tanah beserta rumah ini akan diwariskan ke anaknya. Ia mempersilakan anaknya untuk mengolah tanah ini. Bahkan ia tak keberatan jika nantinya dijual oleh anaknya.

"Kalau saya ya warisan saja, kalau sudah meninggal untuk anak-anak. Kalau dibagi sekarang malah dijual terus wong tuo arep melu sopo (lalu orang tua mau tinggal dimana)," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(rih/ams)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads