Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta para bupati dan wali kota di wilayahnya untuk berhati-hati dalam pembangunan dan pengelolaan tata ruang. Hal itu terkait dengan antisipasi bencana di Jateng.
"Saya titip bupati wali kota hati-hati betul kelola tata ruang sehingga fungsi kelola tata ruang untuk kendalikan keseimbangan lingkungan jangan bergeser untuk kepentingan, maaf, ekonomi, kemudian lepas begitu saja," kata Ganjar usai Rakornas dengan Presiden soal Kebencanaan via daring, di kantornya, Rabu (3/3/2021).
Menurut Ganjar, Jawa Tengah memiliki potensi bencana alam sangat besar. Selain banjir, ada juga potensi tsunami di sisi selatan Jateng karena ada zona megathrust di Laut Hindia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Potensi megathrust laut Hindia, makanya di selatan hati-hati membangun, tanam cemara laut, reboisasi, saya minta tiap minggu lakukan gerakan dan masih berjalan sampai sekarang, yuk kelola sampah," ujarnya.
Ganjar juga mengajukan dua daerah berbahaya karena rob dan banjir yaitu Pekalongan, dan Demak di daerah Sayung untuk mendapat penanganan dari pemerintah pusat. Sementara untuk langkah jangka pendek penanganan banjir di Jateng yaitu dengan memaksimalkan pompa-pompa.
"Jangka panjangnya beberapa area di kipas aluvial ditangani khusus. Ada dari Rembang, Jepara ada termasuk abrasi, kemudian di wilayah Semarang kemudian ke barat ada Kendal, Batang, Pekalongan. Pekalongan ini serius. Semarang-Demak itu Sayung serius, maka saya ajukan ke program nasional," jelas Ganjar.
Baca juga: Banjir Mengagetkan Menggenangi Kantor Ganjar |
Ia juga menjelaskan sudah menyampaikan usul kepada Bappenas untuk anggaran penanggulangan bencana di Jateng sebesar Rp 3 triliun dengan pengerjaan sebisa mungkin 2 tahun atau tak lebih dari 3 tahun.
"Kalau bisa kerjakan berturut-turut 2 tahun lebih baik, jangan lebih tiga tahun. Saya usulkan Rp 3 triliun," tandasnya.
Tonton juga Video: Kompleks Kantor Gubernur Jateng-Simpang Lima Kebanjiran