"Rekan-rekan yang dari wisata kita kumpulkan di embarkasi (asrama haji), kita koordinasi dengan embarkasi, kita karantina sementara. Semua di-rapid antigen, supaya memastikan dia (mereka) itu ada yang positif atau tidak. Supaya bisa memilah, kalau ada yang positif biar karantina 14 hari," ucap Masruri.
"Karena orang-orang ini banyak berhubungan dengan masyarakat, yang banyak itu adalah orang-orang yang berjualan di Pasar Cepogo. Sehingga nanti kalau tidak di-screening, ada yang positif terus nanti ke pasar kan kita kasihan nanti kalau menulari orang-orang pasar, juga anak-anak yang ditinggal di rumah. Keluarga di rumah tidak tahu apa-apa ternyata ada yang positif terus tidak tahu, terus di rumah ya biasa, tidak jaga jarak. Kan ada kemungkinan bisa tertular, sehingga kita screening di sini," urainya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masruri mengatakan para peserta wisata kooperatif. Mereka diketahui berwisata ke Bali setiap tahunnya dengan uang iuran yang ditabung selama beberapa waktu.
"Hanya waktunya yang tidak tepat. Satgas (Kabupaten) itu tahunya (mereka) sudah di Bali," imbuh dia.
Satgas Kecamatan, lanjut dia, pihak Camat Cepogo sebenarnya juga mengimbau kepada paguyuban untuk menunda dulu kegiatan wisatanya. Namun mereka tetap berangkat wisata ke Bali.
"Kalau PPKM jelas melanggar karena jumlahnya begitu banyak," tegasnya.
(sip/ams)