Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat aktivitas Gunung Merapi beberapa kali mengeluarkan guguran material dan muntahan lava pijar. Meski aktivitas meningkat, para penambang di Sungai Woro, Kecamatan Kemalang, Klaten masih nekat menambang pasir dan batu.
Pantauan detikcom di lokasi, Jumat (15/1) siang, ada sekitar 30 penambang pasir dan batu di atas dam. Warga tampak mengumpulkan pasir dengan cangkul dan linggis di tengah tebing bekas galian. Padahal lokasi Sungai Woro, Desa Sidorejo, ini termasuk kawasan rawan bencana (KRB) Merapi meski belum semua warganya diminta mengungsi.
Terlihat sejumlah truk masih hilir mudik mengarah ke sungai. Sementara itu, warga terlihat berkelompok sekitar lima orang untuk mengisi truk dengan pasir dan batu di lokasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya tetap nambang seperti biasa. Kalau hujan pulang meskipun belum ada banjir atau lava pijar," kata penambang warga Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Nono, saat ditemui di lokasi Sungai Woro, Klaten, Jumat (15/1/2021).
Nono mengatakan sejak status Gunung Merapi Siaga, dan musim hujan dia belum menemukan material yang terbawa dari hulu Gunung Merapi. Sehingga, dia dan para penambang lainnya masih nekat melakukan aktivitas pertambangan.
"Banjir sekali cuma air, yang banjir material lahar dingin baru di Sungai Gendol. Warga tidak takut, orang sini sudah biasa dengan banjir," terang Nono.
Nono meyakini lokasi yang ditambang merupakan alur sungai yang aman. Dia menyebut luncuran awan panas maupun lava pijar tidak mengarah ke Klaten.
"Di sini kayaknya enam kilometer jaraknya dari puncak jadi aman. Warga juga tahu kalau ada awan panas dan luncuran lava pijar tapi kan itu ke Magelang, bukan ke Klaten," cetus Nono.
Nono mengatakan bahaya menambang saat Gunung Merapi bergejolak. Namun, tambang merupakan mata pencahariannya yang sudah menjadi kegiatan sehari-hari.
"Ini kan warga sini saja jadi sudah paham bagaimana menjaga diri mencari uang. Ini harga pasir masih Rp 600 ribu per truk jadi lumayan dibagi berlima atau enam," terang Nono.
Hal senada juga disampaikan penambang lainnya, Warsini. Dia menyebut selama peningkatan aktivitas Gunung Merapi, baru satu kali terjadi banjir. Itupun terjadi ketika warga yang menambang manual sudah pulang.
"Kejadiannya malam jadi warga sudah tidak ada di sungai. Tapi cuma bawa air," ujar Warsini di lokasi.
Dia menerangkan aktivitas pertambangan manual yang dilakukan warga sempat terhenti sejak penetapan status Gunung Merapi Siaga. Namun, pihaknya masih yakin area Merapi aman.
"Sempat berhenti saat status Gunung Merapi jadi Siaga. Tapi setelah itu kerja lagi karena sampai sekarang juga aman," ujar Warsini.
Selangkapnya kata kadus soal aktivitas nekat warga saat peningkatan aktivitas Gunung Merapi..