Untuk antisipasi kematian akibat ASF, terang Widiyanti, dinas telah melakukan komunikasi, informasi dan edukasi ke peternak di Jogonalan. Sedangkan bangkai-bangkai babi yang ditemukan di Sungai Tibayan dan Sungai Lunyu diperkirakan berasa dari luar Klaten.
"Iya, prediksi kami yang di sungai itu dari luar dan kami tidak bisa tangkap tangan karena tidak punya bukti. Kami sudah konfirmasi ke peternak di Klaten dan yang mati pada dikubur," tutur Widiyanti.
Dari penyelidikan, ujar Widiyanti, tidak ada bangkai babi yang dibuang peternak Klaten. Buktinya saat kematian itu terjadi Bulan November tidak ada satu pun temuan bangkai di sungai karena semua dikubur oleh peternak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pas bulan November di Jogonalan memang banyak babi yang mati tapi juga tidak ada berita bangkai di sungai. Sebab semua dikubur tidak dibuang," pungkas Widiyanti.
Sebelumnya diberitakan, bangkai babi kembali ditemukan di aliran sungai di Klaten. Setelah awalnya tiga ekor ditemukan di Sungai Tibayan, Kecamatan Jatinom, dua ekor bangkai babi kembali ditemukan di aliran Sungai Lunyu, Kalurahan Kabupaten, Kecamatan Klaten Tengah.
Pantauan detikcom di lokasi, Kamis (31/12) pukul 08.00 WIB, dua bangkai babi itu sudah terbawa arus sampai di pasar Ngepos, Kalurahan Kabupaten. Sedangkan satu bangkai berukuran besar tersangkut di belakang pasar.
"Ditemukan tadi pagi saat saya melihat ke sungai. Ada dua ekor babi dewasa tapi satu kayaknya tinggal kepalanya," kataKetua Komunitas Kali Lunyu, Doni Wahyono, kepada detikcom di lokasi, Kamis (31/12).
(sip/sip)