.webp)
Hal senada disampaikan Ketua RT 11 Dukuh Siboto, Syamsul Bachri. Menurutnya, banyaknya kios yang dibangun di pinggir jalur kereta memang kerap menutupi pandangan warga yang melintas.
"Maka kalau terjadi kecelakaan kereta api pasti dari utara. Karena dari utara jalurnya menikung, pandangan warga tertutup kios sehingga tidak sadar kalau ada kereta mau melintas," kata dia.
Menurut Syamsul, sebelum terjadi kecelakaan KA Brantas menabrak mobil patroli gabungan, Minggu (13/12) malam, di perlintasan tersebut sudah lama tidak terjadi kecelakaan. Pasalnya sudah dua tahun terakhir warga secara bergotong royong patungan untuk mempekerjakan tenaga khusus mengawasi perlintasan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kecelakaan terakhir sudah dua tahun lalu. Sejak itu warga membentuk paguyuban khusus untuk mengawasi perlintasan KA ini," imbuhnya.
Oleh warga, lanjut Syamsul, paguyuban tersebut dinamai Paguyuban Perlintasan Kereta Api Siboto. Melalui paguyuban ini, warga enam RT dari lima dusun rela patungan untuk mempekerjakan tenaga khusus mengawasi perlintasan KA Siboto.
"Sumber pendanaan swadaya masyarakat. Tenaga ada dua, shift pagi dan siang. Untuk malam hari memang setelah jam 10 malam perlintasan kami tutup karena sudah jarang warga yang melintas," pungkasnya.
(sip/rih)
