Sejumlah warga Dukuh Siboto, Desa Kalimacan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, memprotes penutupan perlintasan kereta api (KA) pascakecelakaan antara mobil patroli dengan KA Brantas yang berujung tewasnya dua personel polisi dan seorang aparat TNI. Menurut warga, penutupan perlintasan tersebut menyulitkan karena jalur tersebut penting untuk mereka beraktivitas.
Berdasarkan pantauan detikcom, hari ini, sejumlah warga membawa spanduk dan kertas bernada protes ke perlintasan KA Dukuh Siboto, sekitar pukul 15.00 WIB. Aksi warga ini sebagai bentuk penolakan atas keputusan pihak-pihak terkait yang langsung menutup permanen perlintasan tersebut.
Ada tiga spanduk besar yang dibentangkan warga, di antaranya bertuliskan 'BONGKAR PORTAL', 'BUKA JALAN KAMI' dan 'SIBOTO MENANGIS'. Oleh warga, ketiga spanduk ini kemudian dipasang di pagar besi yang menjadi penutup permanen bagi perlintasan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami minta dibuka, kalau malam setelah jam 10 malam mau ditutup silakan. Mohon Ya Allah, rumah saya dekat sini, kalau mau pergi harus memutar tiga kilometer. Kalau ditutup seperti ini warga susah," ujar salah satu warga, Istikomah, sembari menahan tangis, Rabu (16/12/2020).
Tokoh masyarakat Siboto, Udin Faturrahman, menambahkan penutupan perlintasan tersebut membuat seluruh warga merasa resah. Pasalnya seluruh kegiatan masyarakat, kata Udin, sangat terganggu karena akses terdekat mereka menuju jalan raya ditutup.
"Semua warga resah karena kegiatan sosial ekonomi masyarakat terganggu, akses pendidikan terganggu, kegiatan ibadah terganggu," ujarnya.
Udin mengatakan tak kurang terdapat 500 KK atau 1.500 jiwa dari enam RT merasakan dampak langsung penutupan ini. Belum lagi terdapat empat fasilitas pendidikan dengan ratusan siswa, yang kesehariannya melewati perlintasan KA tersebut sebagai akses utama.
"Ada empat lembaga pendidikan di Dukuh Siboto ini. Ada MTs N 8 Sragen, SD Muhammadiyah, TK Aisyiyah dan PAUD. Banyak di antara siswa justru merupakan warga luar Dukuh Siboto, di mana hampir semuanya menggunakan perlintasan tersebut sebagai jalan utama," paparnya.
Akibat penutupan ini, lanjut Udin, warga harus mencari jalan memutar untuk mencapai akses menuju jalan raya. Hal ini dirasa sangat merepotkan karena akses memutar ini jaraknya cukup jauh.
"Jalan memutar sangat jauh, ada tiga sampai empat kilometer jauhnya," keluhnya.
Udin melanjutkan, masyarakat melalui pihak desa juga sudah mengirim surat ke Bupati Sragen terkait penutupan ini. Dalam surat tersebut, warga meminta Pemkab Sragen untuk melakukan koordinasi dengan pihak terkait agar kembali membuka akses perlintasan.
"Kami hari ini menyurati bupati, isinya mohon koordinasi dengan Daop VI Yogyakarta untuk kembali membuka jalan. Kami juga mohon perhatian Daop VI terkait beberapa bangunan kios yang menjadi salah satu penyebab kecelakaan supaya jarak pandang warga yang melintas tidak terhalang," terang Udin.
Selanjutnya, penjelasan ketua RT setempat...