Kelas virtual menjadi harapan bagi Mahmudin (17) dan Rizal (16) untuk kembali mengenyam pendidikan SMA. Kedua remaja putus sekolah ini kini bisa belajar sambil bekerja.
Program kelas virtual ini baru saja di-launching Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan digelar di dua SMA percontohan yakni, SMAN Kemusu 1 Boyolali dan SMAN 3 Brebes. Mahmudin dan Rizal mengikuti kelas virtual di SMAN 3 Brebes. Kelas virtual ini merupakan program yang tetap digelar secara kontinu, tidak hanya ketika pandemi virus Corona.
"Selepas SMP tidak kepikiran untuk lanjut ke SMA. Kondisi (ekonomi) keluarga memang tidak mencukupi bila saya dipaksakan sekolah lagi. Akhirnya keinginan untuk sekolah di SMA batalkan dan saya merantau ke sini (Cikeas), kerja di lembaga kursus," ujar Mahmudin saat diwawancara melalui Zoom di SMAN 3 Brebes, Kamis (15/10/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mahmudin mengaku merantau ke Cikeas, Bogor untuk mencari penghasilan. Dia mengaku terbantu dengan adanya kelas virtual ini karena akhirnya bisa mengenyam pendidikan SMA sambil tetap bekerja.
"Proses belajarnya fleksibel karena bisa dilakukan kapan saja dan tidak mengganggu pekerjaan. Materinya juga mudah diunduh kapan saja. Untuk pertemuan tatap muka, kebetulan dilakukan malam hari, di luar jam kerja," terang Mahmudin.
Senada dengan Mahmudin, Rizal juga mengaku tak bisa mengikuti kelas reguler karena terhimpit faktor ekonomi. Remaja yang bekerja di peternakan ayam, di Kecamatan Bumiayu ini senang bisa kembali bersekolah.
"Dengan kelas ini, saya bisa tetap kerja cari uang dan bisa tetap sekolah. Kelas ini sama sekali tidak memerlukan biaya, malah saya dipinjami HP dan dapat bantuan paket kuota internet," ungkap Rizal.
Setiap sesi kelas virtual ini bakal diikuti oleh 36 siswa. Mereka berstatus siswa kelas X IPS 5 (virtual). Materi di kelas virtual ini disampaikan lewat Google Classroom, YouTube hingga grup WhatsApp.
Salah seorang guru, Amin Fauzi mengaku menyampaikan materi pelajaran lewat aplikasi tersebut agar tidak mengganggu aktivitas pekerjaan para siswa. Diharapkan masing-masing siswa tetap bisa mengikuti pelajaran di waktu senggangnya.
"Metodenya pakai Zoom untuk tatap muka dan Google Classroom serta YouTube. Khusus untuk tatap muka disepakati setiap Selasa malam selama 1 jam. Pada sesi ini siswa bisa berinteraksi soal materi pelajaran yang mungkin belum dipahami," kata pengajar matematika itu.
Guru lain yang mengajar PPKn, Arum menambahkan masih ada sejumlah catatan dari para pengajar. Menurutnya, Kelas Virtual ini tak selalu mulus karena terkendala jaringan internet.
"Mengantisipasi kondisi seperti itu, kita menggunakan jadwal harian. Jadi materi kita sampaikan melalui rekaman dan di-share di YouTube dan grup WA," terang Arum.
Ditemui terpisah, Wakil Kepala SMA Negeri 3 Brebes Bidang Sarana dan Prasarana, Sugiyarto menyebut kelas virtual ini bertujuan untuk mengurangi jumlah siswa putus sekolah bagi warga miskin. Lewat kelas ini, mereka masih dimungkinkan untuk bekerja dan tetap melanjutkan pendidikannya.
Sugiyarto menyebut para siswa kelas virtual ini berasal dari Kabupaten Brebes. Di antara para siswa tersebut ada yang merantau ke luar kota.
"Ada yang kerja di bengkel, peternakan ayam dan pelayan warteg," sebut Sugiyarto.
Dia menyebut ada 16 mata pelajaran yang diajarkan di kelas virtual ini. Ke-16 mata pelajaran itu yakni Pendidikan Agama Islam, Sejarah Wajib, PPKn, Bahasa Inggris, Bahasa Jawa, Bahasa Indonesia, Geografi, Sosiologi, Ekonomi, Olahraga dan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK), Seni Budaya, Lintas Minat Biologi, dan Lintas Minat Fisika.
"Para siswa setiap hari mendapatkan tiga mapel. Untuk mendukung KBM siswa, sekolah meminjamkan buku pedoman belajar. Buku ini dipinjamkan bagi semua murid virtual," ucap Sugiyarto.