54 SMP di Boyolali Bisa Mulai Sekolah Tatap Muka Pekan Depan

54 SMP di Boyolali Bisa Mulai Sekolah Tatap Muka Pekan Depan

Ragil Ajiyanto - detikNews
Rabu, 02 Sep 2020 15:13 WIB
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Boyolali, Rabu (2/9/2020).
Foto: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Boyolali, Rabu (2/9/2020). (Ragil Ajiyanto/detikcom)
Boyolali -

Sebanyak 54 SMP di Boyolali diizinkan menggelar sekolah tatap muka mulai pekan depan. Setelah dari hasil verifikasi, sekolah-sekolah tersebut dinyatakan siap melaksanakan pembelajaran tatap muka di masa pandemi virus Corona atau COVID-19 ini.

"Hasilnya, dari 97 sekolah itu, sebanyak 54 sekolah ini sudah sangat siap untuk mengadakan tatap muka. Kemudian 25 sekolah siap, kurang siap ada 12 sekolah, sangat kurang siap ada 4 sekolah dan tidak terverifikasi ada 2 sekolah," ungkap Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Boyolali, Darmanto, kepada wartawan di kompleks perkantoran terpadu Pemkab Boyolali, Rabu (2/9/2020).

Darmanto menjelaskan, total terdapat 97 SMP di Boyolali. Terdiri dari 52 SMP negeri dan 45 SMP swasta.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya minta dukungannya, mulai besok Senin minimal 54 sekolah itu bisa mulai tatap muka," ujar Darmanto.

Sedangkan yang lainnya dengan kategori siap, kurang siap serta sangat kurang siap dan yang belum terverifikasi, masih harus melakukan pembelajaran dari rumah (PDR).

ADVERTISEMENT

Namun keberlangsungan sekolah tatap muka di 54 SMP tersebut masih tergantung kondisi zona wilayah tersebut tempat sekolah tersebut berada. Terkait dengan risiko penularan virus Corona. Pasalnya, sekolah yang diperbolehkan tatap muka adalah yang berada di zona hijau atau kuning.

"Ketika zona merah maka harus PDR. Sekolah siap, tetapi ketika zonanya terjadi dinamisasi, berubah-ubah, maka itu juga langsung close, langsung belajar dari rumah," kata dia.

Maka diperlukan dukungan dari semua pihak, termasuk dari Satgas COVID-19 tingkat desa. Kemudian disiplin masyarakat dalam mencegah penyebaran COVID-19, karena pencegahan tidak bisa dilakukan sendirian, tetapi melibatkan semua pihak.

"Empat syarat sudah terpenuhi, fasilitas untuk protokol kesehatan, kesepakatan dengan orang tua siswa, sarana prasarana dan izin dari kepala dinas serta rekomendasi dari satuan gugus tugas," lanjutnya.

Menurut Darmanto, pembelajaran tatap muka penting bagi para siswa. Pasalnya, tanpa ada tatap muka antara siswa dan guru, menurutnya pembelajaran tidak berlangsung maksimal.

"Karena pembelajaran jarak jauh ini kita menghadapi berbagai kendala. Baik kendala ekonomi, tidak semua anak punya android, tidak semua anak punya paket data dan kendala teknis, tidak semua daerah ada sinyal, dan tidak semua guru bisa mengoperasikan Android dan sejujurnya bahwa guru-guru belum kita latih, belum kita siapkan untuk melaksanakan pembelajaran jarak jauh," urai Darmanto.

Lebih lanjut Darmanto menjelaskan, pelaksanaan sekolah tatap muka harus tetap mematuhi protokol kesehatan. Kurikulum tidak menjadi target dan jam pelajaran pun dibatasi maksimal 3 jam untuk satu sesi. Targetnya siswa belajar 3 mata pelajaran setiap harinya, dengan masing-masing mata pelajaran selama 60 menit.

"Untuk menjaga physical distancing maksimal untuk SMP ini satu kelas 18 siswa. Artinya ketika satu kelas itu 30 anak, maka akan dua shif," paparnya.

"Orang tua juga sudah sepakat, anak-anak tidak jajan. Bawa kit dari rumah. Jadi di tasnya itu ada buku, hand sanitizer, ada minumnya, ada makannya untuk kepentingan pribadi," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(sip/ams)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads