"Saya itu orang tidak punya. Masalah urusan dunia saya tinggal, yang penting saya berjuang. Urusan diterima atau tidak itu lain. Yang penting saya sujud kepada Allah, apalagi ada COVID-19 seperti ini," tutur Mualimin yang juga menjadi penjaga berstatus honorer di Kantor Kecamatan Bonang selama 14 tahun itu.
"Saya orang awam, orang kecil. Saya salat seperti ini hampir lima bulan, kalau ada yang suka atau tidak suka ya silakan. Jika ada yang bilang saya sesat, ya silakan terserah," tutur Mualimin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salat di lapangan itu merupakan lakunya untuk memohon kepada Allah. Dia berharap banyak warga yang turut berdoa memohon agar wabah COVID-19 ini segera hilang.
Mualimin mengatakan salat memang tak harus dilaksanakan di lapangan. Namun laku ini dia lakukan sebagai bentuk permohonan kepada Yang Kuasa. Dia menyebut wabah penyakit juga ada di Al-Qur'an dan harus dihadapi dengan pasrah.
"Saya itu niat menghadap kepada Allah. Allah ta'ala sedang memberikan ujian seperti ini seperti halnya zaman nabi dulu. Beruntunglah orang yang ingat Allah, dan celakanya orang yang tidak ingat Allah. Ini kan sebagai pengingat bagi manusia," tuturnya.
"Harapan saya ayo sama-sama berdoa kepada Allah. Semua tindakan itu harus didasari dari kesusahan. Kesusahan ya seperti ini. Salat ya bisa saja di masjid, tapi kita ini menghadapi wabah ya harus seperti ini, berani kepanasan, berani susah. Pertama kesehatan, kedua sekalian berdoa," tutur pria yang juga menjadi juru kunci makam tokoh setempat Mbah Hasan Bakem.
Diwawancara terpisah, perangkat Desa Tridonorejo Sutadi menyebut Mualimin merupakan warganya. Menurutnya, sosok Mualimin merupakan orang yang baik.
"Pak Mualimin merupakan warga Tridonorejo, pernah menjabat sebagai RT. Kesehariannya baik dengan lingkungan dan tak pernah ada masalah," kata Sutadi saat ditemui di Balai Desa Tridonorejo
(sip/sip)