Kasus konfirmasi positif virus Corona (COVID-19) per hari ini mencapai 100.303 kasus. Pakar Epidemiologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Bayu Satria melihat peningkatan kasus konfirmasi positif ini sudah diprediksi sebelumnya. Dia pun menyoroti belum adanya tindakan signifikan dari pemerintah.
"Secara umum memang sudah diprediksi lebih dari seratus ribu kasus positif tapi belum ada perubahan tindakan signifikan dari pemerintah," kata Bayu saat dihubungi detikcom, Senin (27/7/2020).
Dia menjelaskan para ahli epidemiologi telah memberikan peringatan serta pertimbangan kepada pemerintah. Namun, pemerintah tidak mengindahkannya. Hasilnya, saat ini muncul klaster perkantoran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sudah dari dulu diberi peringatan oleh ahli agar jangan terlalu cepat membuka pembatasan, kalau pun dalam membuka kantor harus dengan pertimbangan matang dan assesment yang detail. Tetapi ternyata pemerintah hanya buka saja," urainya.
"Karena banyak kasus yang ada hubungannya dengan kantor atau dimulai dari mobilitas pergerakan orang," tambahnya.
Masalah lain, kata dia, akan muncul saat sekolah ikut dibuka. Pemerintah harus dengan cermat mempertimbangkan segala risikonya.
"Itu baru kantor, belum nanti kalau sekolah. Kalau orang tua minta sekolahnya masuk lagi, itu kalau tidak dikelola dengan baik bisa memicu munculnya klaster," ucapnya.
Tonton video 'Per 27 Juli Kasus Corona di RI Tembus 100.303':
"Kemudian pelaku perjalanan kalau pemerintah tidak ada perubahan cara penanganan ya akan menambah terus. Itu bisa dilihat dari beberapa daerah. Contohnya DIY yang mayoritas untuk kasus saat ini merupakan pelaku perjalanan ," urainya.
Bayu juga menjelaskan tidak akan ada yang bisa memprediksi kapan puncak kasus COVID-19 di Indonesia bakal terjadi. Melihat tren saat ini, kasus positif Corona akan masih ada peningkatan.
"Semua sudah menyatakan bahwa kita masih akan naik terus kasusnya, kalau ada yang bilang puncaknya bulan apa, itu susah memprediksinya karena penanganan masih kurang, data yang dikeluarkan masih kurang akurat yang dikeluarkan," terangnya.
"Kita tidak tahu puncaknya akan sampai mana dan itu artinya kemungkinan akan naik terus," tegasnya.
Dia juga meminta agar pemerintah meningkatkan kapasitas swab test, meninjau ulang cara isolasi dan meningkatkan tracing kasus. Khusus isolasi, menurutnya ada kegagalan saat dilakukan isolasi mandiri. Oleh karena itu, dia menyarankan agar ada satu tempat khusus yang bisa digunakan untuk isolasi mandiri.
"Saat ini isolasi mandiri banyak kegagalan. Penyebabnya lemahnya pengawasan. Sebaiknya setiap daerah punya tempat isolasi terpusat agar memudahkan dalam pengawasan," imbaunya.