Titik (20), warga Kendal, Jawa Tengah dihantui teror kiriman paket barang selama dua tahun ini. Polisi turun tangan untuk mengungkap pelaku teror tersebut.
Kasat Reskrim Polres Kendal AKP Aji Darmawan mengatakan, pihaknya sudah menerima aduan dari korban terkait teror paketan fiktif itu. Saat ini pihaknya masih tahap penyelidikan.
"Ini kan masih berupa aduan bukan laporan, namun akan kami gelar perkarakan dan kami koordinasikan dengan tim penyidik untuk segera melakukan langkah-langkah selanjutnya," kata Aji, Jumat (24/7/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aji menyebutkan sejumlah nomor ponsel yang digunakan pelaku teror untuk memesan barang dan mengatasnamakan korban juga sudah dicek, termasuk akun palsu maupun nomor yang digunakan di media sosial Facebook untuk menyebar fitnah.
"Sudah kami cek nomor-nomor ponsel itu yang diduga digunakan pelaku untuk memesan barang. Kami juga masih cek apakah nomor tersebut masih aktif atau tidak, termasuk yang digunakan di media sosial untuk meneror atau menyebar fitnah," tambahnya.
Aji menambahkan, pihaknya pun belum mengetahui motif di balik teror paketan ini.
"Kami sudah memanggil saksi-saksi dan meminta keterangannya," imbuhnya.
Baca juga: Mengenal Kadga, Bentuk Awal Mula Keris |
Diketahui, Titik mendapatkan teror berupa kiriman paket beraneka barang yang tidak dipesannya. Teror itu berlangsung sejak tahun 2018 saat dia bekerja di Semarang.
"Saya mengalami teror ini saat masih kerja di Semarang sekitar akhir tahun 2018. Waktu itu kan saya kerja dan ngekos di Semarang dan ada yang ngirimin ke saya berupa barang-barang," kata Titik saat ditemui detikcom di rumah pendampingan di Kendal, Jumat (24/7/2020).
"Barang-barangnya ya ada ponsel, pakaian, makanan. Saya nggak pernah memesannya tapi diatasnamakan saya. Awalnya sempat berpikir ini candaan teman tapi setelah saya tanya ke teman-teman ya nggak ada yang bercanda seperti itu," jelasnya.
Merasa ketakutan, Titik kemudian memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya dan kembali ke kampung halamannya. Pulang ke kampung halamannya ternyata tak menyelesaikan masalahnya, dari situ justru aksi teror menjadi-jadi.
Hampir setiap hari, Titik terus diteror dengan paket barang yang tidak pernah dipesannya dan dikirim ke rumahnya. Mulai dari buah-buahan, mesin cuci, genting, batu bata dan makanan.
"Saya tambah bingung kok paketan barang datang terus dan tahu alamat rumah saya di Kendal. Setiap hari selalu ada kiriman barang bahkan sehari bisa tiga sampai empat kali. Entah itu buah-buahan, genting, batu bata, mesin cuci dan makanan," ujarnya.
Tak hanya diteror dengan paketan barang, Titik menceritakan juga menjadi korban teror berupa fitnah di jejaring sosial Facebook.
Titik kemudian memutuskan untuk menyusul ayahnya, Sunari yang bekerja di Batam. Di Batam, Sunari dan Titik masih juga mendapat teror kiriman paket antena parabola yang tidak pernah dipesannya.
"Saya nyusul ayah ke Batam, di sana tinggal sebentar karena ada yang ngirimin paketan barang juga. Paketannya waktu itu berupa parabola," tambahya.
Tidak kuat dengan aksi teror tersebut, Titik pun akhirnya menceritakan perihal aksi teror tersebut ke ayahnya. Melihat kondisi seperti itu, Sunari mengajak pulang anaknya ke Kendal.
Sampai di Kendal, Titik masih juga mendapat teror paket barang dan membuatnya stres dan trauma.
Ayah Titik, Sunari, mengaku juga pernah menerima paketan barang yang mengatasnamakan anaknya. Namun Sunari menolak paketan barang tersebut dan pengantar paketan memarahinya karena merasa ditipu.
"Saya sendiri juga pernah ngalami terima barang itu ada mebel, nanas, anggur, kelapa, dan terakhir pisang satu truk. Saya nggak pesan ya saya tolak, sempat ribut juga dengan pengantar barang. Namun setelah saya jelasin, dia mau nerima," katanya.
Barang-barang yang dikirim ke rumah Titik tidak hanya datang dari Kendal saja tapi juga dari luar kota bahkan dari luar pulau Jawa.
"Barang-barangnya ada yang dari Lampung, Temanggung, Wonosobo, Banjarnegara, Jepara," tambahnya.
Sunari kemudian melaporkan perihal teror tersebut ke Polres Kendal. Dia berharap polisi segera menangkap pelaku aksi teror fiktif itu agar anaknya bisa hidup nyaman, aman dan tidak terganggu lagi.