Runtuhnya gelagar dan pelat jembatan tersebut diduga terjadi secara perlahan dan tidak langsung patah. Hal itu karena gelagar dan pelat jembatan masih dalam kondisi utuh.
"Ke depan, gelagar itu masih bisa dimanfaatkan lagi dengan metode pelaksanaan tertentu," terangnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Arief menuturkan jembatan tersebut dibangun tahun 2019 lalu dengan anggaran sebesar Rp 1,265 miliar. Jembatan Pusung Sidodadi tersebut memiliki panjang bentangan 16 meter dan lebar 5 meter, sedangkan tinggi jembatan dari dasar sungai 10,5 meter.
"Posisi jembatan sudah penyerahan di akhir November (2019), posisinya kini masih dalam masa pemeliharaan (rekanan) sampai dengan 2 Juni 2020. Pihak rekanan masih bersedia untuk segera melaksanakan perbaikan. Tadi sudah dapat laporan, sudah ada beberapa tenaga yang mulai menata kembali," jelasnya.
Arif menuturkan fondasi di bagian bawah jembatan masih aman. Dia menduga air yang masuk ke retakan itu sebagian besar masuk dari atas.
"Saya pikir nggak (bukan kesalahan konstruksi), karena perencaaan struktural dan sebagiannya itu dengan ketinggian lebih tinggi dengan pasangan seperti itu mampu. Artinya memang ada faktor tekanan yang di luar dari konstruksi itu sendiri," jelasnya.
(ams/sip)