Terpopuler di Jateng: Jasad Bukan Pasutri Bertumpuk-Siswi SMP Disiksa

Terpopuler di Jateng: Jasad Bukan Pasutri Bertumpuk-Siswi SMP Disiksa

Tim detikcom - detikNews
Sabtu, 15 Feb 2020 10:22 WIB
Kamar tempat pasangan selingkuh tewas di Baturraden
TKP Penemuan mayat bukan pasutri tewas bertumpuk di Baturraden (Foto: Dok. Polresta Banyumas)
Yogyakarta -

Jasad bukan pasangan suami-istri (pasutri) ditemukan meninggal bertumpuk di hotel Baturraden, Banyumas hingga penyiksaan yang dialami siswi SMP Muhammadiyah Butuh, Purworejo mencuri perhatian pembaca detikcom pekan ini. Penemuan mayat bukan pasutri ini juga masih menyisakan misteri.

Mayat MA (54) dan Y (46) yang meninggal di dalam kamar di hotel di kawasan Baturraden, Banyumas ditemukan petugas hotel pada Selasa (11/2) siang. Kedua pasangan itu diketahui memesan kamar pada Senin (10/2) malam sekitar pukul 23.00 WIB.

Dari KTP korban diketahui pasangan ini berasal dari Kelurahan Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Namun dipastikan MA dan Y bukan pasutri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jenazah keduanya ditemukan saling bertumpuk di lantai dengan posisi wanita di atas dan laki-laki di bawah. Dari hasil autopsi kedua korban diduga meninggal usai berhubungan badan.

"Posisi saat ditemukan, untuk yang perempuan berada di atas dan yang laki-laki berada di bawah. Bertumpuk," kata Kasat Reskrim Polresta Banyumas, AKP Berry kepada detikcom, Rabu (12/2/2020).

ADVERTISEMENT

"Kondisinya memang sudah selesai mandi, dari posisinya laki-lakinya pakai sarung dan baju koko, tapi tidak menggunakan pakaian dalam. Perempuan pakai daster tipis tapi tidak menggunakan dalaman," lanjutnya.

Kamar hotel tempat pasangan bukan pasutri ditemukan tewas digaris polisiKamar hotel tempat pasangan bukan pasutri ditemukan tewas digaris polisi Foto: Arbi Anugrah/detikcom

Dari TKP, polisi menemukan tiga pil tanpa merek dan minuman berenergi. Dari hasil autopsi di RS Margono Soekarjo Purwokerto, diketahui keduanya meninggal akibat serangan jantung dampak minuman yang dikonsumsi sebelumnya.

"Setelah autopsi, kita melaksanakan gelar dengan tim dokter yang melaksanakan (autopsi). Dimungkinkan, dari hasil autopsi, penyebab meninggalnya itu ada semacam serangan jantung yang dipicu oleh semacam zat kimia atau minuman yang sebelumnya dikonsumsi oleh keduanya," kata Berry.

Tonton juga Pria-Wanita Bukan Pasutri Tewas di Baturraden, Polisi Mengusut :

Polisi masih menunggu isi kandungan pil yang diperiksa di Laboratorium Forensik Polda Jateng. Namun, hingga kini belum ada laporan soal hasil uji labfor tersebut.

Sementara itu, polisi masih menyimpan sejumlah barang-barang milik Y yang ketinggalan. Barang-barang berupa perhiasan, tas, dompet, serta tas pakaian belum diambil pihak keluarga.

"Untuk mobil, handphone dan barang-barang lainnya milik korban laki-laki sudah di serahkan ke keluarga," ucap Berry.

Selain kasus penemuan mayat, video tiga siswa menendangi dan memukul siswi di SMP Muhammadiyah Butuh, Purworejo juga jadi sorotan pembaca detikcom. Para pelaku yang masih berusia di bawah umur itu kini sudah ditetapkan sebagai tersangka dan dikenai Undang-undang Perlindungan Anak.

Lewat video berdurasi 29 detik itu terlihat tiga siswa berseragam putih biru memukuli dan menendangi seorang siswi. Siswi tersebut terlihat duduk di kursinya dan terpojok tak berdaya. Sambil menundukkan kepalanya di meja, siswi itu terdengar menangis.

Video itu ternyata direkam salah satu teman pelaku, F (16). Berawal dari iseng video itu mengungkap tabir penyiksaan yang dialami siswi tersebut.

"Iya, dipukul ditendang (korbannya) nggak tahu kalau niat awalnya apa. Saya kan lagi di kelas 9, terus penasaran di kelas 8 ada apa, terus saya ambil HP saya iseng merekam, malah (pelaku) minta divideo terus, ya tetap saya rekam terus," kata F.

Pasca-video itu viral, polisi pun turun tangan. Para siswa TP (16), DF (15), dan UH (15) itu diamankan dan dimintai keterangan. Dari pemeriksaan mereka ternyata tega menyiksa korban gegara duit Rp 2 ribu.

"Awalnya tersangka meminta uang terhadap korban, kemudian dilaporkan oleh korban kepada gurunya namun jumlah yang dilaporkan tidak sama. Jadi tersangka meminta uang Rp 2.000 namun korban melapor ke guru mengaku dimintai uang Rp 20.000," ungkap Kapolres Purworejo, AKBP Rizal Marito saat menggelar pers rilis di kantornya, Kamis (13/2).

Merasa pelaporan siswi itu kepada guru tidak benar, ketiga siswa TP (16), DF (15), dan UH (15) itu gelap mata. Mereka tega menendangi dan memukul korban yang hanya terdiam di kursinya. Dalam video berdurasi 29 detik yang viral di medsos terlihat para tersangka menendang korban dan memukul siswi itu dengan tangan kosong maupun sapu.

"Atas pelaporan itu kemudian tersangka komplain terhadap korban sehingga terjadi hal tersebut (penganiayaan)," ujar Rizal.

Akibat penganiayaan itu siswi mengalami luka lebam di bagian pinggang. Hingga Jumat (14/2) kemarin, siswi tersebut juga belum masuk sekolah. Ibu korban bernama SR mengaku nelangsa saat tahu anaknya menjadi korban penganiayaan keji di sekolahnya.

Raut wajah sedih terpancar di wajah SR saat menceritakan kisah pilu penganiayaan keji yang dialami putri bungsunya itu. Sesekali dia menyeka air mata yang menetes di pipi dengan kedua tangannya. Selama ini, SR tak menaruh curiga ketika putrinya kerap pulang dan mengeluh sakit di beberapa bagian tubuhnya. Namun, SR mengaku tak berusaha mencari tahu penyebab keluhan itu.

"Anaknya sambat-sambat (mengeluh) sering sakit, saya kira karena sering guyon (bercanda) sama temannya karena anaknya aktif, saya kira cuma dorong-dorongan gitu atau gimana kan biasa. Dia juga sering minta keluar sekolah, tapi saya nggak ngeh," kata SR saat berbincang dengan detikcom, Jumat (14/2).

Dia menyerahkan kasus ini ke polisi dan berharap putri bungsunya itu mendapatkan keadilan. Sementara itu pihak sekolah menyebut para siswa yang melakukan penyiksaan merupakan pindahan baru. Lewat pernyataan sikap yang dikeluarkan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Purworejo bersama Majelis Dikdasmen Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah mereka menyatakan keprihatinannya.

Ada 8 poin yang disampaikan terkait terjadinya aksi perundungan tersebut. Selain menyatakan rasa keprihatinan, PDM Purworejo dan Majelis Dikdasmen PWM Jateng juga menegaskan bahwa tindakan ketiga siswa tersebut bukan menunjukkan karakter yang terbentuk di SMP Muhammadiyah Butuh.

"Dengan kejadian ini, kami bertekad untuk menata ulang dan merevitalisasi sekolah tersebut dengan pola baru, menjadi sekolah inklusi berbasis karakter dan ramah anak. Program ini akan bekerja sama dengan Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Muhammadiyah Purworejo," demikian salah satu butir pernyataan.

Pernyataan sikap tersebut dikeluarkan di Semarang melalui surat resmi tertanggal 14 Februari 2020. Saat dikonfirmasi detikcom, Ketua PDM Purworejo, Pudjiono membenarkan surat edaran yang memuat pernyataan resmi pihaknya.

"Nggih, leres (ya betul) Itu hasil koordinasi dan kesepakatan dengan PWM dan nasihat Pak Haedar (Nashir, Ketua Umum PP Muhammadiyah)," katanya ketika dihubungi detikcom, Jumat (14/2) malam.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads