Hapus Tato Calon Penghuni Surga, Eks Preman Ini Punya Panti Asuhan

Hapus Tato Calon Penghuni Surga, Eks Preman Ini Punya Panti Asuhan

Jauh Hari Wawan S - detikNews
Senin, 10 Feb 2020 15:23 WIB
Panti Asuhan Islam Yatim dan Dhuafa Daarul Qolbbi Pondok Pesantren Tombo Ati Sleman milik Prianggono, Senin (10/2/2020).
Prianggono, mantan preman yang dirikan panti asuhan dan buka jasa hapus tato gratis di Sleman, Senin (10/2/2020). (Foto: Jauh Hari Wawan S/detikcom)

Pri juga menceritakan kisah kelamnya di masa lalu. Dia terjerumus ke dunia hitam sejak usia SMP, bahkan dia sempat dikeluarkan dari sekolah lantaran ketahuan membawa pil koplo.

"Saya nakal dari SMP, sudah minum, sudah punya tato, lalu jualan pil koplo sampai dikeluarkan di SMA karena kedapatan membawa pil koplo," kenangnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Usai dikeluarkan dari bangku sekolah, dia menjadi preman di Semarang. Setiap bulan ada saja jatah setoran dari para pedagang.

"Saya dulu di Jalan Penggiling di Pamularsih, Semarang. Setiap bulan saya dapat jatah di situ, tapi jatahnya habis buat minum (minuman keras)," katanya.

ADVERTISEMENT

Lambat laun, muncul rasa bosan hidup di jalanan. Dia akhirnya mulai dekat dengan ibunya dan akhirnya membantu untuk berjualan.

"Saya dekat dengan ibu, lalu bantu jualan. Saya akhirnya dapat kerjaan jaga malam di salah satu rumah di dekat Simpang Lima. Dari situ saya dapat jodoh," ungkapnya.

Kemudian rumah yang dijaganya dikontrak oleh sebuah bank BUMN. Akhirnya Pri melamar kerja di bank tersebut sebagai office boy (OB). Setelahnya Pri mencari ijazah paket C untuk mendaftar sebagai penagih utang di bank.

"Setelah jadi OB, ada lowongan dan saya pengin jadi karyawan mandiri, saya kejar paket C dan saya bisa kerja di sana sebagai bagian penagihan kartu kredit. Saya keluar dan pindah-pindah ke bank lain," katanya.

Menjadi penagih utang ternyata tidak membuat dia tenang. Ada rasa jenuh dan gelisah. Akhirnya dia belajar sedekah dan menemukan jalan untuk hijrah dan pindah ke Yogyakarta tahun 2010.

"Ada titik jenuh, galau atau gelisah dengan hidup saya. Saya laki-laki punya istri, kok seperti ini terus ke depan seperti apa. Saya selanjutnya belajar sedekah, dari sedekah itu saya dapat hidayah," jelasnya.

Kini, kehidupan Pri sudah mulai tertata. Panti asuhannya pun juga mulai berjalan tanpa meminta bantuan ke pihak lain.

"Ada jalan, saya tidak pakai proposal, karena kalau melihat chasing saya yang tatoan pasti tidak akan percaya. Saya berdoa agar dipertemukan. Saya tidak mau terjebak proposal, kita pengin hidup itu nyaman," ujar Pri.


(rih/ams)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads