Warga, lanjut Ardian, selama ini sudah berusaha menolong Sukiyah untuk memandikan dan sebagainya. Namun Sukiyah menolak dan berontak. Saudara jauhnya yang datang pun hanya membantu untuk memberikan makanan.
"Pernah akan dimandikan sampai empat orang, berontak. Saudara jauhnya juga tidak berani," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Sukiyah tinggal di rumah kayu beralas tanah dan tanpa penerangan. Ia hidup di sana cukup lama dan tinggal sendirian sejak ibunya meninggal tiga tahun lalu. Warga, kata Ardian, akhirnya terpaksa mengunci pintu rumah Sukiyah dari luar menggunakan tali. Sebab, Sukiyah beberapa kali tidur di luar rumah.
"Dia itu buta sejak umur 5 tahun. Saat ditemui sudah tidak bisa jalan. Usia 10 tahun ditinggalkan adiknya," terang Ardian.
"Potong rambut sekitar 20 menit kemudian dibawa ke tempat yang layak punya swasta. Dia sama orang lain tidak mau, kemudian saya kenalkan satu teman saya, akhirnya mau," ujarnya.
Saat ini Sukiyah masih berada di Rumah Pemulihan Efata dan sudah didampingi oleh Dinas Sosial Kabupaten Semarang. Sementara rumahnya sudah dibersihkan oleh para tetangga.
(rih/sip)