Banyumas - Sejumlah peristiwa kriminal di Cilacap dan Banyumas
sepanjang 2019 ini membuat geger publik. Mulai dari kasus
masjid yang diacak-acak,
mutilasi PNS Kemenag Bandung, penemuan
kerangka satu keluarga yang sempat dikira gabung Gafatar, hingga
anak yang dibunuh ibu karena masalah ekonomi di Cilacap.
Berikut rangkumannya:
1. Masjid Diacak-acak Orang Tak Dikenal dan Kitab Dibuang ke Sumur
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Warga Desa Buniayu, Kecamatan Tambak, Banyumas digegerkan dengan kejadian yang meresahkan dengan
mengacak-acak masjid Jami Daarussalam dan membuang kitab-kitab di TPA Daarussalam. Kejadian tersebut dilakukan di lima titik pada Kamis (21/3) sekitar pukul 02.30-04.00 WIB.
Kejadian itu bermula dari pengerusakan karung padi milik petani di sekitar area Pondok Jami Miftahul Fallah Desa Buniayu. Karung milik petani itu ditusuk-tusuk hingga sobek. Tak berhenti di situ, pelaku juga merusak puluhan pohon durian, albasia, dan jati yang ditanam para santri. Pohon-pohon itu ditebas hingga tumbang.
Peristiwa ini pun sempat mendapat sorotan dari Ketua MUI Kabupaten Banyumas KH Khariri Shofa yang meminta umat Islam tidak terprovokasi peristiwa ini. Dari hasil penyelidikan polisi, pelaku diketahui bernama Anal Rojikun (31).
Pelaku mengaku mendapat bisikan dan berbicara melantur. Belakangan diketahui ulah
mengacak-acak masjid itu dilakukan karena pelaku sakit hati dikeluarkan dari Ponpes Miftahul Fallah.
"Motif dari perbuatan tersebut tidak ada motif lain hanya sakit hati. Jadi dia pernah menjadi santri di pondok Miftahul Fallah milik Kiai Dailami, kemudian dikeluarkan dari situ," jelas Kapolres Banyumas AKBP Bambang Yudhantara Salamun kepada wartawan, Jumat (22/3).
2. Kasus Pembunuhan dan Mutilasi PNS Kemenag BandungKasus pembunuhan dan
mutilasi seorang PNS Bandung pertama kali terungkap setelah warga Desa Watuagung, Kecamatan Tambak, Banyumas menemukan potongan tubuh dalam kondisi hangus terbakar. Potongan tubuh diduga kepala, tangan, kaki itu ditemukan do selokan desa Watuagung RT 08 RW 03 Dukuh Plandi, pada Senin (8/7) sekitar pukul 18.00 WIB.
Setelah dilakukan visum, diketahui potongan tubuh itu Komsatun Wachidah (51) warga Cileunyi, yang berprofesi sebagai PNS Kemenag Bandung. Pelakunya seorang residivis yang dihukum kasus penculikan mahasiswi Unsoed Purwokerto yang baru saja bebas yakni Deni Prianto.
Pelaku tega
membunuh dan memutilasi karena tergiur ingin menguasai harta korbannya. Sebelum dibunuh, pelaku dan korban yang sama-sama telah berkeluarga ini sempat berkenalan melalui media sosial Facebook tersebut akhirnya menjalin hubungan asmara.
Komsatun dihabisi setelah keduanya selesai berhubungan di kamar kosnya di Bandung menggunakan palu, Sabtu (6/7). Pelaku pun tega memutilasi tubuh korban dan membuangnya ke sejumlah tempat di wilayah Banyumas, Kebumen, dan Banjarnegara lalu dibakar. Kemudian pelaku menjual mobil milik korban.
"Rencana dia setelah mendapatkan uang, dia ingin bangun rumah. Jadi dengan uang Rp 100 juta itu dia ingin bangun rumah untuk keluarganya, karena selama ini masih numpang di rumah orang tuanya," ujar Kapolres Banyumas AKBP Bambang Yudhantara Salamun.
Kini pelaku sudah dituntut hukuman mati oleh Jaksa Penuntut Umum. Kasus tersebut tinggal menunggu keputusan majelis hakim di di PN Banyumas.
3. Mayat Remaja Ditemukan Terkubur di Pekarangan RumahBulan November 2019, warga Desa Bajing, Kecamatan Kroya, Cilacap digegerkan dengan penemuan mayat seorang
remaja FH (18) yang terkubur di pekarangan rumahnya. Sebelum ditemukan tewas, FH diketahui memiliki keterbelakangan mental.
Tetangga korban, Sumarti (58) mengaku curiga sejak 10 hari terakhir tak mendengar suara tangisan FH. Apalagi di rumah itu FH hanya tinggal berdua bersama ibunya Sri Muhayati (57).
Saat ditanyakan ke si ibu, FH disebut berada di rumah ayahnya yang berada di Majenang. Kedua orang tua FH sendiri telah berpisah tak lama setelah menikah. Hingga akhirnya warga nekat mengecek rumah tersebut dan menemukan gundukan tanah di belakang rumah.
Saat gundukan tanah dibongkar FH ditemukan terbungkus plastik bening berukuran sedang yang diikat kencang dengan tali. Jenazahnya dipendam dalam tanah kurang lebih 30 cm. Ibu FH, Sri menjadi tersangka pembunuhan. Aksi keji itu dia lakukan karena berlatar belakang masalah ekonomi.
"Ibu korban yang diduga sebagai pelaku tega membuat anaknya kelaparan sampai meninggal. Dan tidak menyampaikan kepada masyarakat dengan upaya sendiri menimbun jenazah putrinya di pekarangan rumahnya tanpa sepengetahuan tetangga maupun tokoh masyarakat, dan saat ini masih dalam proses," kata Kapolres Cilacap AKBP Djoko Julianto.
4. Temuan Kerangka 4 Bersaudara di Kebun Belakang Rumah BanyumasPenemuan
kerangka empat bersaudara di Grumbul Karanggandul, Desa Pasinggangan, Banyumas juga menghebohkan warga pada Agustus 2019. Keempat bersaudara ini belakangan diketahui sebagai korban pembunuhan yang dilakukan keluarga sendiri pada 9 Oktober 2014 silam.
Keempat kerangka itu yakni Supratno alias Ratno (51) anak pertama ibu Misem, Sugiono alias Yono (46) anak ketiga dan Heri Sutiawan alias Heri (41) anak kelima serta cucu ibu Misem, Vivin Dwi Loveana alias Pipin (22).
Para pelakunya sendiri merupakan keponakan dan sepupu para korban, yakni Irfan Firmsyah, Achmad Saputra, Saniah Roulita dan Saminah. Ketiga pelaku adalah ibu dan tiga anak kandungnya. Sedangkan Saminah merupakan anak kedua dari Misem.
Untuk menutupi perbuatannya, para pelaku sempat menyebarkan kabar bohong jika para korban pergi merantau ke Jakarta. Bahkan disebut pergi karena ingin gabung Gafatar. Belakangan diketahui motif pembunuhan ini berlatar dendam, dan warisan.
"Anak-anaknya ini menyaksikan ibunya (Saminah) dikeroyok tiga lawan satu. Selalu seperti itu dan tiga anaknya begitu mereka sudah beranjak dewasa, mereka ikut terlibat. Merasa mereka harus melindungi ibunya, sehingga mereka ikut membela ibunya," kata Kapolres Banyumas AKBP Bambang Yudhantara Salamun.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini