Mengapa Ada Warga Menolak Ritual Piodalan di Bantul

Mengapa Ada Warga Menolak Ritual Piodalan di Bantul

Pradito Rida Pertana - detikNews
Rabu, 13 Nov 2019 02:42 WIB
Foto: Istimewa/detikcom

"Tapi dari dulu saya hanya dijanjikan, dan janji, tapi tidak ada realiasasi. Padahal saya hanya mohon difasilitasi untuk sosialisasi tentang keberadaan kami, tapi sudah berjalan 9 tahun belum pernah kami difasilitasi untuk itu (sosialisasi terkait Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa)," sambung Utiek.

Terlepas dari hal tersebut, wanita kelahiran Dusun Mangir Lor mengatakan bahwa ia tidak terlibat perselisihan dengan tetangganya.

"Kita ini sebenarnya sudah tidak ada masalah apa-apa, karena dengan bukti mereka WA saya bahwa mereka suruh saya bersabar dengan kejadian ini," ucapnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara itu, Pandita Budha Tantrayana Kasogatan, Padma Wira Dharma mengaku bahwa kejadian tersebut terjadi saat ia memimpin sembahyang sesi pertama dengan prosesi agama Budha. Di mana saat itu terdengar teriakan warga di luar kediaman Utiek.

"Menurut yang saya alami, ketika saya memimpin upacara tadi memang ada teriakan-teriakan, ada yang baru mau masuk ke sini terus di suruh pergi, di suruh kembali, itu saya dengar jelas itu," ucapnya.

Menurutnya, peserta piodalan berasal dari berbagai daerah seperti masyarakat adat dari Sunda wiwitan dan masyarakat adat kerinci. Mereka datang untuk berkumpul dan berdoa dalam balutan kebhinekaan.

"Mereka datang ke sini untuk kumpul-kumpul kebhinekaan, ritual bareng. Intinya kita mengajak membangkitkan lagi kebhinekaan, tapi kita tidak duga kok seperti ini, padahal seminggu sebelumnya saya tanya bu Utiek sudah beres," katanya.

Berkaca dari hal tersebut, ia menilai di Indonesia masih ada diskriminasi. Terlebih, ia telah mengalami kejadian serupa pada tahun 2016, meski penolakannya tidak separah tadi sore.

Terpisah, Ketua RT.03 Dusun Mangir Lor, Desa Mangir, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, Agung Warsito mengatakan, ada warga menolak piodalan karena banyak orang luar luar yang datang ke rumah Utiek.

"Setiap event-event warga kadang tidak dikasih tahu. Kadang dari luar banyak yang menganut agama seperti Hindu," katanya.

"Warga menolak karena belum ada izinnya. Kalau belum ada izinnya, dari luar tidak boleh, kalau hanya mbak Utiek sendiri boleh," katanya.

"Jadi karena bawa orang luar masuk sini, kan nggak ada izin dan belum kantongi izin, kalau sudah ada izin kan enak," sambungnya.

Agung menambahkan, bahwa event serupa sudah pernah digelar selama 3 kali, meski 2 tahun lalu sempat tidak diperbolehkan oleh warga. Hal itu membuat warga bergerak untuk menolak kegiatan tersebut di rumah Utiek.

"Tadi sempat panas juga, tapi karena keamanan sudah banyak (dari polisi dan Satpol PP), warga menghargai pihak terkait yang datang dan tadi diminta jangan emosi, sithik edhing. Yang jelas kami tidak masuk, hanya yang berwenang saja tadi yang masuk (ke rumah Utiek)," katanya.


(bgk/bgk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads