"Air yang saya ambil ini digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, seperti untuk mandi dan lain-lain," ujarnya.
Sebelumnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gunungkidul menyebut beberapa sumber air di Gunungkidul mengalami penurunan debit air. Hal itu membuat BPBD mengalami kesulitan untuk melakukan dropping air bersih.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Edy menjelaskan, penurunan debit terjadi karena musim kemarau yang lebih panjang dibanding tahun lalu. Menurutnya, sumber air yang mengalami penurunan debit terjadi di Kecamatan Girisubo, Rongkop dan Karangmojo.
"Saat ini untuk dropping air di (Kecamatan) Girisubo dan Rongkop kita mengambil air dari Pracimantoro, itu karena sumber air di dua Kecamatan itu mengering," ucapnya.
"Dan untuk sumber air di (Kecamatan) Karangmojo sepertinya sudah tidak boleh diambil karena (debit airnya) menipis," sambung Edy.
![]() |
Lanjut Edy, menurunnya debit di sumber air tersebut membuat BPBD kesulitan menyalurkan air bersih ke wilayah terdampak kekeringan tepat waktu. Hal itu karena BPBD terkendala masalah jarak pengambilan air yang membuat biaya operasional membengkak.
"Dan mengambil air di sumber (Pracimantoro) juga harus mengantri, biasanya satu jam mengantre tapi sekarang bisa lebih dari satu jam karena banyak mobil tangki yang mengambil air di situ," kata Edy.
(sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini